Perdana Menteri Australia pada Rabu (17/12) mengakui bahwa sistem keamanan negara itu gagal memantau pria bersenjata yang bertanggungjawab atas penyanderaan di sebuah kafe di Sidney, dan menjanjikan penyelidikan yang transparan mengapa pria tersebut tidak masuk dalam daftar pantau teroris meski memiliki sejarah panjang kejahatan.
Man Haron Monis, pria kelahiran Iran berusia 50 tahun digambarkan PM Tony Abbott sebagai orang yang mengalami gangguan mental parah.
Ia menyandera 17 orang di sebuah kafe di pusat kota Sidney, Senin. Enam belas jam kemudian, aksinya itu berakhir sewaktu polisi bergerak menyerang untuk membebaskan para sandera. Dalam baku tembak itu, dua sandera tewas bersama dengan Monis.
Monis memiliki sejarah panjang kejahatan. Tahun lalu ia dinyatakan bersalah dan dihukum 300 jam kerja sosial karena mengirim surat-surat yang bernada sangat menghina terhadap keluarga-keluarga para tentara yang tewas di Afghanistan antara 2007 dan 2009.
Ia belakangan didakwa membantu pembunuhan terhadap mantan istrinya. Sebelumnya tahun ini, ia didakwa melakukan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan pada 2002. Monis dibebaskan dengan uang jaminan atas tuduhan-tuduhan itu.
Abbott mengatakan pemerintah akan mengeluarkan laporan bagaimana aksi penyanderaan itu berlangsung, mengapa Monis tidak masuk dalam daftar pantau teroris, dan bagaimana Monis berhasil mendapatkan senjata di negara yang memiliki undang-undang ketat kepemilikan senjata.