Perdana Menteri baru Libya, Ahmed Maitiq, telah mengadakan rapat kabinet resmi pertamanya, Senin (2/6) di Tripoli, setelah polisi membantunya mengambil-alih kantor tempat pendahulunya tetap bercokol dan tidak mau meninggalkannya.
Negara itu telah terjerumus ke dalam kekerasan dan kerusuhan politik selama berbulan-bulan, dan bekas Perdana Menteri Abdullah al-Thinni tidak mau menyerahkan kekuasaan.
Maitiq tiba di kantor perdana menteri Senin malam dengan kawalan polisi, hanya beberapa minggu setelah parlemen memilihnya untuk jabatan itu dalam pemungutan suara yang rusuh dan tidak diakui oleh Thinni dan para pengikutnya.
Dalam pernyataan singkat setelah rapat kabinet, Maitiq mengutuk pertempuran antara militan Islamis dan jenderal pemberontak yang telah menewaskan paling sedikit 20 orang di kota Benghazi, Libya timur.
Belum ada tanggapan dari Thinni, yang sebelumnya pindah ke tempat lain di Tripoli.
Negara itu telah terjerumus ke dalam kekerasan dan kerusuhan politik selama berbulan-bulan, dan bekas Perdana Menteri Abdullah al-Thinni tidak mau menyerahkan kekuasaan.
Maitiq tiba di kantor perdana menteri Senin malam dengan kawalan polisi, hanya beberapa minggu setelah parlemen memilihnya untuk jabatan itu dalam pemungutan suara yang rusuh dan tidak diakui oleh Thinni dan para pengikutnya.
Dalam pernyataan singkat setelah rapat kabinet, Maitiq mengutuk pertempuran antara militan Islamis dan jenderal pemberontak yang telah menewaskan paling sedikit 20 orang di kota Benghazi, Libya timur.
Belum ada tanggapan dari Thinni, yang sebelumnya pindah ke tempat lain di Tripoli.