Perdana Menteri Inggris David Cameron, hari Kamis (7/4), mengakui bahwa ia diuntungkan dari dana luar negeri milik mendiang ayahnya, yang disebutkan dalam Dokumen Panama, tapi ia menyangkal melakukan kesalahan apapun.
Cameron berbicara kepada televisi Inggris ITV setelah kantornya mengeluarkan beberapa pernyataan yang tidak mengukuhkan atau menyangkal bahwa keluarga Cameron memiliki dana di luar negeri.
Cameron mengatakan, “Saya ingin menjelaskan sejelas mungkin mengenai masa lalu, sekarang dan masa depan karena sejujurnya saya tidak menyembunyikan apapun."
Perdana Menteri Partai Konservatif itu mengatakan kepada ITV bahwa keluarganya memiliki saham pada Blairmore Holdings yang berkantor pusat di Bahama senilai US$42 ribu (sekitar Rp 551 juta).
Ia mengatakan menjual saham itu tahun 2010 hanya beberapa bulan sebelum menjadi perdana menteri.
Cameron mengatakan “karena kalau saya akan menjadi perdana menteri, saya tidak ingin orang mengatakan punya agenda dan kepentingan lain."
Perdana Menteri itu mengatakan pada ITV ia membayar semua pajak pendapatan “normal” dari keuntungan penjualan saham itu.
Ia mengatakan kecewa dengan perlakukan “tidak adil” media terhadap ayahnya serta laporan-laporan lain yang mengatakan ia dibesarkan dalam lingkungan kaya serta mendapat perlakukan khusus sehingga bisa menjadi perdana menteri.
Cameron tidak meminta maaf karena masa kecilnya yang makmur dan mengatakan ia tidak pernah berpura-pura menjadi orang yang bukan dirinya.
Ayah Cameron Ian adalah seorang pialang saham yang meninggal tidak lama setelah putranya menjadi perdana menteri.
Ian Cameron termasuk dalam daftar panjang orang kaya dan terkenal dalam 11 juta lebih dokumen yang dibocorkan dari firma hukum Mossack Fonseca yang berkantor di Panama.
Dua belas pemimpin dan mantan pemimpin politik termasuk dalam dokumen yang merinci rekening-rekening bank simpanan di luar negeri dimana sebagian mungkin dibuat untuk menyembunyikan aset-aset dan menghindari pajak.
Pemaparan Dokumen Panama sudah mengorbankan jabatan seorang pemimpin negara. Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson mengundurkan diri awal minggu ini setelah dokumen-dokumen itu menunjukkan istrinya memiliki perusahaan di Virgin Island, Inggris dan mempunyai klaim $4 juta atas bank Islandia yang ambruk. [my]