PM Inggris Theresa May mendesak para pemimpin Uni Eropa, Kamis (22/3), untuk bersatu dan mengutuk Rusia karena tidak menghormati hukum internasional dan perbatasan, sementara Moskow menuding Inggris tidak bisa dipercaya dalam penyelidikannya mengenai peracunan seorang bekas mata-mata Rusia.
Di tengah perang kata dan hubungan yang beku antara london dan Moskow, May menuduh Rusia melakukan serangan terang-terangan dan ceroboh terhadap Inggris dengan menyerang Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, dengan menggunakan gas saraf 4 Maret lalu di kota Salisbury, Inggris.
Ia mengatakan, ”Insiden di Salisburi merupakan bagian dari pola agresi Rusia terhadap Eropa dan negara-negara tetangganya, dari Balkan Barat hingga Timur Tengah.”
Inggris juga menyebut Rusia sebagai ancaman yang kian berkembang terhadap negara-negaar Barat. Rusia dengan sengit membantah tuduhan itu.
Kedua negara masing-masing telah saling mengusir 23 diplomat mereka terkait isu itu dan perselisihan itu tidak menunjukan isyarat mulai mereda.
Dubes Rusia untuk Inggris, Alexander Yakovenko, menyerang balik London dengan mengatakan, negaranya tidak bisa begitu saja mempercayai Inggris dan menuduh Inggris memiliki catatan buruk pelanggaran hukum internasional dan sering menyesatkan masyarakarat internasional. [ab/lt]