Sembilan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas di sebuah taman di wilayah otonomi Kurdistan Irak pada Rabu (20/7), akibat tembakan artileri yang menurut Baghdad dilakukan oleh negara tetangganya, Turki – negara yang terlibat dalam serangan lintas-perbatasan.
Dalam sebuah teguran keras yang luar biasa, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi memperingatkan Turki bahwa Baghdad “berhak membalas.” Ia menyebut tembakan artileri itu sebagai “pelanggaran kedaulatan yang dahsyat,” yang juga digaungkan pemerintahan Kurdi Irak.
Irak mengatakan pihaknya menarik kuasa usaha negaranya dari Ankara, memanggil duta besar Turki dan menuntut permintaan maaf resmi dari Turki bersama dengan “penarikan angkatan bersenjatanya dari seluruh wilayah Irak.”
Namun menteri luar negeri Turki mengatakan bahwa “serangan-serangan seperti ini” dilakukan oleh “organisasi-organisasi teroris,” dan meminta Baghdad untuk menghindari pernyataan yang dipengaruhi oleh “propaganda teroris.”
Di antara korban terdapat beberapa wisatawan Irak yang mengunjungi desa perbukitan Parakh di Distrik Zakho, Irak utara, untuk menghindari suhu terik yang melanda sisi selatan negara itu, menurut Mushir Bashir, kepala wilayah Zakho.
“Turki menyerang desa itu dua kali hari ini,” kata Bashir kepada AFP.
Seorang saksi mata menggambarkan hujan api jatuh di taman dan fasilitas air mancur, di mana para pengunjung tengah bersantai.
Turki melancarkan serangan di Irak utara April lalu, dalam apa yang disebut “Operasi Cakar-Kunci,” yang disebutnya menyasar kombatan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Serangan artileri itu menewaskan sembilan orang dan melukai 23 lainnya, kata pejabat kesehatan Zakho, Amir Ali, kepada wartawan. Ia sebelumnya menyebut terdapat delapan korban jiwa, termasuk dua anak-anak. [rd/rs]
Forum