Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak ada batas terhadap pasukan keamanan Israel ketika mereka menghadapi peningkatan kekerasan Palestina.
“Kami mengizinkan pasukan kami mengambil tindakan kuat terhadap orang-orang yang melemparkan batu dan bom api,” kata Netanyahu tidak lama sebelum rapat kabinet keamanan darurat hari Senin (5/10).
“Kami tidak bersedia memberi kekebalan kepada siapapun, bukan kepada perusuh . . . atau teroris di manapun,” tegasnya.
Netanyahu telah mengatakan penghancuran rumah-rumah teroris akan diperlancar dan para tersangka teror ditahan tanpa peradilan.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan tim keamanannya hari Senin, mendesak mereka mencegah peningkatan kekerasan dan jangan melakukan apapun yang meperkuat posisi pemerintah Israel.
Dalam insiden terbaru hari Senin, pasukan Israel menembak mati dua remaja Palestina yang melemparkan batu di Tepi Barat. Polisi Israel juga menangkap lima tertuduh orang Palestina dalam penembak-matian pasangan suami-isteri Israel pekan lalu.
Kekerasan antara pasukan Israel dan Palestina telah meningkat dalam satu minggu ini, terutama atas tempat suci di Yerusalem timur yang dihormati oleh kaum Muslim seperti masjid al-Aqsa dan Yahudi seperti Bukit Bait Tuhan.
Berdasarkan persetujuan yang sudah lama, Israel menguasai tempat itu tetapi memberi kepada kaum Muslim hak berkunjung dan beribadah. Yahudi dapat berkunjung, tetapi tidak diizinkan sembahyang disana.
Palestina telah menuduh pihak berwenang Israel berusaha membatasi mereka berkunjung ke tempat itu, yang menyebabkan pelemparan batu dan serangan oleh orang Palestina terhadap pengunjung Yahudi.
Sebagai tanggapan, polisi Israel mengatakan pria berusia 50 tahun ke bawah tidak akan dizinkan di masjid al-Aqsa.
Hari Minggu, polisi Israel menembak mati seorang Palestina yang melakukan penikaman yang melukai seorang remaja Israel di luar Kota Tua. Sehari sebelumnya, seorang Palestina menyerang keluarga Israel dekat masjid al-Aqsa, menewaskan ayah keluarga itu dan melukai isterinya dan bayi putranya.
Sebagian orang Israel dan Palestina moderat khawatir peningkatan kekerasan adalah tanda yang pertama pergolakan Paletina lagi.
Ucapan keras dari Netanyahu dan Abbas dan kegiatan pemukiman Israel yang diteruskan di Tepi Barat membuat peluang perdamaian dan solusi dua-negara antara Israel dan Palestina tampaknya semakin kecil. [gp]