Para pemimpin Malaysia dan Kamboja membahas krisis di Myanmar dan isu-isu regional lainnya selama pertemuan mereka di Phnom Penh, Kamis (24/2), kata kedua negara.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob bertemu dengan mitranya, Hun Sen, dan Raja Norodom Sihamoni selama kunjungan pertamanya ke Kamboja sejak menjadi pemimpin Malaysia Agustus lalu.
Kedua negara adalah anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang telah berusaha untuk membantu memulihkan perdamaian di Myanmar, di mana militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi setahun yang lalu.
Kamboja adalah ketua ASEAN tahun ini, dan Hun Sen telah berusaha untuk melibatkan para jenderal Myanmar untuk berdialog secara damai. Januari lalu, ia menjadi pemimpin asing pertama yang mengunjungi Myanmar sejak pengambilalihan militer, yang menurut para kritikus seolah memberikan legitimasi kepada pemerintahan militer dalam situasi yang oleh beberapa pakar PBB disebut sebagai perang saudara.
Malaysia adalah salah satu dari beberapa anggota kelompok regional itu yang mengambil sikap keras terhadap pemerintah militer Myanmar karena kegagalannya menerapkan konsensus lima poin ASEAN yang mendorong terciptanya perdamaian.
Dalam sebuah pernyataan bersama kedua negara, baik Hun Sen maupun Ismail sama-sama mendukung rencana lima poin itu, dan Malaysia mendukung sepenuhnya usaha yang dilakukan utusan khusus ASEAN untuk Myanmar, Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn.
Mereka juga membahas ketegangan di Laut China Selatan dan "persaingan geopolitik di antara negara-negara besar," kata pernyataan itu. Banyak anggota ASEAN dengan keras membantah klaim China atas wilayah luas Laut China Selatan, tetapi Kamboja -- sekutu terdekat China di kawasan itu dan tidak memiliki klaim wilayah di perairan tersebut – bersikap setengah hati dalam mendukung posisi sesama anggota ASEAN.
Perbedaan mereka dalam masalah Myanmar disorot bulan lalu ketika Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan Hun Sen seharusnya berkonsultasi dengan para pemimpin ASEAN lainnya sebelum pergi ke Myanmar untuk bertemu dengan kepala dewan militer yang berkuasa, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Hun Sen menjawab bahwa menteri luar negeri Malaysia tidak boleh “sombong'' dan tidak menghormati ketua ASEAN.
Ismail juga mengangkat masalah orang-orang yang mengungsi dari negara bagian Rakhine Myanmar, kata pernyataan itu. Lebih dari 700.000 anggota kelompok etnis minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke negara tetangga Bangladesh pada 2017 untuk menghindari penindasan brutal pasukan keamanan Myanmar, yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal serta pembakaran ribuan rumah.
Dalam konferensi pers pascapertemuan, Hun Sen mengatakan Kamboja dan Malaysia akan mempromosikan perdagangan bilateral, investasi, pendidikan, sumber daya manusia dan pariwisata, untuk meningkatkan ekonomi kedua negara setelah berakhirnya wabah COVID-19. (ab/uh)