Setelah mengalami kebuntuan dalam tiga pemilihan umum, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pesaingnya mantan panglima militer, Benny Gantz, Senin (20/4) malam sepakat membentuk pemerintahan bersatu.
Netanyahu, yang mewakili kelompok sayap kanan lewat Partai Likud, akan tetap menjadi perdana menteri, sementara pemimpin Partai Putih Gantz akan menjadi wakil perdana menteri dan sekaligus menteri pertahanan. Setelah 18 bulan, Gantz akan beralih peran menjadi perdana menteri.
Kesepakatan ini mengejutkan banyak pendukung Gantz setelah dalam kampanyenya berulangkali menyampaikan tekad bahwa ia tidak akan pernah bekerjasama dengan perdana menteri yang sedang menghadapi dakwaan pidana. Netanyahu menghadapi beberapa tuduhan, termasuk penipuan dan penyuapan, dalam tiga kasus korupsi.
Persidangan telah ditangguhkan karena krisis virus corona, sehingga menunda dimulainya proses persidangan.
Dengan semakin banyaknya dukungan kuat dari para anggota parlemen, Gantz awalnya mengusulkan pembentukan pemerintahan koalisi dan semula berencana menyudahi Netanyahu sebagai perdana menteri. Namun perkembangan pandemi virus corona membuat Gantz menerima tawaran Netanyahu untuk membentuk pemerintahan bersatu.
“Kami mencegah pemilu keempat,” cuit Gantz di Twitter, Senin (20/4) malam.
“Kami ingin melestarikan demokrasi. Kami akan melawan virus corona ini dan menjaga seluruh warga Israel.”
Mulai 1 Juli Netanyahu akan diperbolehkan menyajikan perjanjian apapun yang dicapai dengan Amerika terkait pencaplokan sebagian Tepi Barat, kepada Kabinet dan kemudian pada parlemen untuk dilakukan pemungutan suara. Kabinet Keamanan dan pemerintah akan memiliki perwakilan yang sama dari kedua partai. Kabinet untuk menangani pandemi virus corona ini dibentuk dan dipimpin bersama oleh Netanyahu dan Gantz.
Perjanjian Senin (20/4) akan mencegah perlunya menyelenggarakan pemilu keempat dalam kurang dari satu tahun. Pengaturan ini diperkirakan akan disetujui oleh parlemen Israel. [em/ii]