Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan telah setuju mengadakan pertemuan dengan para demonstran anti-pemerintah, bahkan setelah mengatakan bahwa kesabarannya terhadap mereka mulai habis.
Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc mengatakan, Senin, bahwa pertemuan itu akan berlangsung Rabu (12/6). Arinc juga mengingatkan bahwa apa yang ia sebut "demonstrasi ilegal" tidak akan lagi diperkenankan di Turki.
Para demonstran menolak mundur Senin, bahkan setelah polisi kembali menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan protes anti-pemerintah di Istanbul. Para demonstran menanggapinya dengan melempar batu dan bom bensin.
Namun demonstrasi sendiri sudah berkurang, dengan jumlah demonstran terkecil dalam 11 hari terakhir yang berkumpul di Alun-Alun Taksim. Para pemrotes tetap menduduki Taman Gezi.
Jumlah demonstran juga berkurang di Ankara, dengan sekitar 5.000 orang berdemonstrasi. Polisi di sini juga menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi setiap malam.
Tiga orang telah tewas sejak demonstrasi itu dimulai 11 hari lalu. Ribuan orang terluka dan ribuan lainnya telah ditahan.
Pihak oposisi menuduh Erdogan menyulut ketegangan dan membakar negara. Protes-protes ini diawali sebagai protes atas rencana pemerintah untuk mengubah taman publik di Istanbul menjadi gedung komersial. Karena kekerasan yang dilakukan polisi, demonstrasi itu berubah menjadi protes anti-pemerintah, terutama kecaman terhadap pandangan Islamis Erdogan dalam negara sekuler tersebut. (AP/Reuters)
Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc mengatakan, Senin, bahwa pertemuan itu akan berlangsung Rabu (12/6). Arinc juga mengingatkan bahwa apa yang ia sebut "demonstrasi ilegal" tidak akan lagi diperkenankan di Turki.
Para demonstran menolak mundur Senin, bahkan setelah polisi kembali menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan protes anti-pemerintah di Istanbul. Para demonstran menanggapinya dengan melempar batu dan bom bensin.
Namun demonstrasi sendiri sudah berkurang, dengan jumlah demonstran terkecil dalam 11 hari terakhir yang berkumpul di Alun-Alun Taksim. Para pemrotes tetap menduduki Taman Gezi.
Jumlah demonstran juga berkurang di Ankara, dengan sekitar 5.000 orang berdemonstrasi. Polisi di sini juga menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi setiap malam.
Tiga orang telah tewas sejak demonstrasi itu dimulai 11 hari lalu. Ribuan orang terluka dan ribuan lainnya telah ditahan.
Pihak oposisi menuduh Erdogan menyulut ketegangan dan membakar negara. Protes-protes ini diawali sebagai protes atas rencana pemerintah untuk mengubah taman publik di Istanbul menjadi gedung komersial. Karena kekerasan yang dilakukan polisi, demonstrasi itu berubah menjadi protes anti-pemerintah, terutama kecaman terhadap pandangan Islamis Erdogan dalam negara sekuler tersebut. (AP/Reuters)