Polisi Brazil Investigasi Raibnya Jurnalis Inggris, Pejabat Brazil di Hutan Amazon
Polisi Brazil yang menyelidiki hilangnya seorang jurnalis Inggris dan seorang pakar adat di hutan hujan Amazon telah menginterogasi beberapa nelayan karena diperkirakan beberapa dari mereka berpotensi menjadi tersangka. Kelompok nelayan tersebut sebelumnya bentrok dengan pihak berwenang terkait hak penangkapan ikan.
Dom Phillips, seorang wartawan lepas yang menulis untuk Guardian, Washington Post dan media terkenal lainnya, terakhir terlihat pada Minggu (5/6) bersama dengan Bruno Pereira, seorang mantan pejabat senior di lembaga adat federal Funai.
Mereka telah melakukan perjalanan pelaporan di Lembah Javari, daerah hutan terpencil yang merupakan rumah bagi jumlah terbesar di dunia dari penduduk asli yang tidak terjamah oleh masyarakat luar, serta geng penyelundup kokain, dan pemburu ilegal dan nelayan.
Pemerintah Federal Brazil mengirim personel Angkatan Laut, tentara, dan polisi federal untuk mencari pasangan itu di wilayah yang memiliki cagar alam yang luas dengan wilayah yang lebih luas dari Austria.
Sebagai mantan pejabat Funai yang ditempatkan di sana, Pereira secara teratur bentrok dengan nelayan yang menjarah persediaan ikan yang dilindungi, dan polisi mengatakan para penyelidik melihat ketegangan yang meningkat itu sebagai penyebab utama.
Tidak pasti apakah kejahatan telah dilakukan terhadap kedua pria itu atau mereka sebenarnya tersesat, Guilherme Torres, Kepala Departemen Dalam Negeri Polisi Sipil Negara Bagian Amazonas, mengatakan kepada Reuters. Namun dia mengatakan Pereira baru-baru ini menerima surat ancaman dari seorang nelayan.
Beberapa nelayan telah diinterogasi, tetapi hanya satu yang dibawa ke kantor polisi dengan tangan diborgol, kata Denis Paiva, Wali Kota Atalaia do Norte, kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Selasa (7/6) malam. Dia mengidentifikasi pria yang diborgol itu sebagai Amarildo da Costa, yang dikenal secara lokal sebagai "Pelado.”
Seorang detektif polisi negara bagian mengatakan da Costa diborgol karena sebelumnya berurusan dengan hukum atas pelanggaran senjata, dan mengatakan da Costa telah membantah melanggar hukum atau menangkap ikan yang dilindungi.
Dua nelayan lainnya - yang diidentifikasi sebagai "Nei" dan "Caboclo" - juga sedang dicari untuk diinterogasi, kata detektif itu.
Polisi negara bagian Amazonas mengatakan mereka telah mewawancarai lima orang sejauh ini: "empat orang sebagai saksi dan satu lagi ... sebagai tersangka."
Pengacara Da Costa, Ronaldo Caldas, mengatakan kliennya bukan tersangka dalam kasus tersebut, dan mengatakan da Costa ditahan karena petugas menemukan selongsong senapan kosong di rumah tempat dia menginap.
Hilangnya Phillips dan Pereira, yang keduanya memiliki pengalaman bertahun-tahun bekerja di Amazon, telah memicu keprihatinan global dari kelompok hak asasi, pencinta lingkungan, politisi, dan pendukung kebebasan pers.
Presiden Jair Bolsonaro, yang telah menghadapi pertanyaan sulit dari Phillips pada konferensi pers tentang kebijakan yang melemahkan penegakan hukum lingkungan, mengatakan kedua pria itu "berada dalam petualangan yang tidak direkomendasikan."
"Bisa saja kecelakaan, bisa jadi mereka dieksekusi, apa saja bisa terjadi," katanya. "Saya berharap, dan kami berdoa kepada Tuhan, agar mereka segera ditemukan."
Phillips sedang meneliti sebuah buku tentang Amazon dan para pembela lingkungannya. Pereira telah berkolaborasi dengan UNIVAJA dan kelompok pribumi lainnya secara independen sejak dia dicopot dari perannya di Funai selama masa kepresidenan Bolsonaro. [ah/rs]