Polisi di Republik Kongo menembakkan gas air mata hari Selasa (20/10), untuk membubarkan protes menentang referendum terhadap UUD guna menjamin kelanjutan kekuasaan Presiden Denis Sassou N'guesso.
Pemrotes membakar ban-ban mobil dan menaruh barikade di jalan-jalan di ibukota Brazzaville, sementara sambungan telepon dan internet dilaporkan putus di sebagian besar kota.
Rakyat Kongo akan memberikan suara hari Minggu (25/10) tentang rancangan reformasi yang akan menghapus pembatasan dua kali masa jabatan presiden dan pembatasan usia 70 tahun bagi calon presiden.
Tanpa perubahan itu, Sassou N'guesso, yang telah menjabat sebagai Presiden Kongo selama 31 dari 36 tahun terakhir, tidak akan bisa menjabat lagi setelah masa jabatannya berakhir tahun depan.
Ia mengumumkan rencana mengadakan referendum itu bulan lalu, memicu demonstrasi yang diikuti ribuan orang di Brazzaville.
Pertama kali Sassou N'guesso merebut kekuasaan lewat kudeta tahun 1979, kemudian kalah pada pemilu tahun 1992. Ia berkuasa kembali pada tahun 1997 ketika terjadi perang saudara, dan memenangkan pemilu tahun 2002 dan 2009 dalam pemungutan suara yang diboikot oleh sebagian besar pihak oposisi.
Sassou N'guesso adalah seorang dari beberapa pemimpin Afrika yang memicu kontrpversi dengan berusaha mengubah UU untuk memperpanjang masa jabatan presiden. [ps/ii]