Mantan PM Pakistan, Imran Khan, sedang memimpin reli anti pemerintah ke Islamabad hari Rabu (25/5), untuk menuntut penyelenggaraan pemilihan baru, ketika polisi menggunakan gas air mata, tongkat pemukul, serta menahan ratusan pemrotes untuk membubarkan mereka.
Khan, yang berusia 69 tahun, mengatakan bahwa puluhan ribu pendukungnya merencanakan sebuah protes duduk di ibu kota dan tidak akan meninggalkan tempat itu sampai pemerintah mengumumkan penyelenggaraan pemilihan.
Pemain kriket yang menjadi politisi itu digulingkan menyusul sebuah mosi tidak percaya di parlemen bulan lalu, sehingga mengakhir pemerintahan yang dipimpinnya berusia hanmpir empat tahun dan dipimpin oleh partainya Tehreek-e-Insaf.
Pesaing politiknya Shehbaz Sharif menggantikan dirinya sebagai PM dengan pemerintahan koalisi dari beberapa partai.
Penguasa telah mengerahkan ribuan polisi dan pasukan para-militer di tempat-tempat penting, termasuk parlemen, memblokir semua rute masuk ke kota guna mencegah pemrotes berkumpul di Islamabad.
Titik masuk dan keluar juga diblokir di kota-kota besar di provinsi paling padat penduduknya di Pakistan yakni Punjab.
Kekacauan politik ini telah menyebabkan kehidupan di provinsi itu dan di Islamabad terhenti, sekolah-sekolah tutup, dan ujian ditunda.
Meskipun serangan bertubi-tubi dari penegak hukum, beberapa ribu pemrotes berhasil mencapai Alun-Alun D yang terkenal di Islamabad pada malam harinya, tempat di mana Khan berjanji akan melakukan aksi protes duduk.
“Seberapa besarpun penindasan oleh negara dan fasisme oleh pemerintah impor ini, hal itu tidak akan bisa menghentikan atau mencegah barisan kami,” demikian cuitan Khan sementara konvoi pendukungnya semakin dekat ke Islamabad.
Konvoi ini dimulai dari Swabi, kota di barat laut, sekitar 100 kilometer dari ibu kota. [jm/em]