Polisi Inggris bentrok dengan pemuda pada hari ketiga kerusuhan yang dipicu oleh sebuah penembakan polisi minggu lalu. Ini merupakan kerusuhan terburuk di London selama bertahun-tahun.
Sekelompok anak muda menyerang polisi, menjarah toko dan membakar kendaraan Senin dan polisi secara sporadis menyerang remaja dalam usaha untuk memukul mereka mundur. Laporan media mengatakan kekerasan terakhir ini dimulai ketika polisi berusaha melakukan operasi pencegatan dan penggeledahan.
Pemerintah Inggris mengatakan paling sedikit 215 orang telah ditangkap di kota itu dan sekitar 25 petugas polisi luka-luka, termasuk tiga yang ditubruk mobil ketika berusaha melakukan penangkapan di London timur laut.
Deputi Perdana Menteri Inggris Nick Clegg menggambarkan kekerasan dan penjarahan itu sebagai “sia-sia”, “oportunis” dan “sama sekali tidak bisa diterima.” Menteri Dalam Negeri Theresa May mengecam kerusuhan itu dan menyebutnya sebagai “kejahatan.”
Kekerasan terjadi setelah tewasnya seorang laki-laki usia 29 tahun ketika polisi menembak di kawasan Tottenham Kamis. Dua hari kemudian, sebuah unjuk rasa damai untuk memperingati kematiannya berubah menjadi kekerasan, dan pemrotes melempar batu kearah polisi, memecahkan kaca toko dan membakar mobil pada Sabtu malam. Beberapa bangunan dan bis bertingkat juga dibakar.
Kekerasan menyebar Senin ke distrik Lewisham dan Peckham, London selatan, dimana paling sedikit satu bangunan terbakar, yang oleh polisi disebut “kejahatan yang meniru.”
Tetapi analis mengatakan kematian di Tottenham merupakan pemicu dari apa yang sebenarnya sudah merupakan situasi yang peka, dimana langkah penghematan pemerintah yang ditujukan untuk mengurangi hutang pemerintah Inggris mulai terasa pada tingkat lokal.
Beberapa penduduk mengatakan kekerasan dipicu oleh kemarahan terhadap situasi ekonomi yang suram di London utara, khususnya pengangguran tinggi dan pengurangan layanan publik.
Tottenham merupakan tempat tinggal sejumlah minoritas etnis dan punya sejarah ketegangan etnis.