Jalan-jalan di Tottenham, London utara hari Minggu dipenuhi mobil-mobil yang hangus terbakar, bangunan-bangunan berasap, dan toko-toko yang kosong. Para politisi dan polisi mengecam keras kerusuhan itu.
David Lammy, anggota parlemen, mengatakan, “Kebanyakan warga di Tottenham mengecam apa yang terjadi kemarin malam. Sebuah masyarakat yang sudah menderita sebelumnya, kini tercabik-cabik.”
Dua polisi dirawat di rumah sakit. Demonstrasi itu dipicu oleh tewasnya seorang pria bernama Mark Duggan hari Kamis. Pria berusia 29 tahun itu, yang sedang bepergian dengan taksi, ditembak mati polisi dalam baku tembak. Hari Sabtu masyarakat setempat berkumpul mengadakan demonstrasi damai untuk memperingati kematiannya. Tetapi, aksi damai itu berubah menjadi kekerasan setelah para perusuh membakar mobil-mobil polisi dan sebuah bis kota dan menjarah toko-toko di sekitar situ.
Setelah beberapa jam polisi berhasil mengendalikan situasi. Banyak warga setempat menyatakan kemarahan atas apa yang dilakukan para perusuh.
“Apa yang saya saksikan ini membuat saya hampa. Saya benar-benar tidak percaya.”
Warga setempat, Marlon, mengatakan, “Menurut saya, dalam masyarakat ini sudah lama ada rasa tidak percaya kepada polisi dan sedikit saja keributan bisa mengakibatkan kehebohan.”
Warga lainnya, Simon, mengatakan kelompok miskin di Inggris menderita dan itulah yang menjadi penyebab ketidakpuasan warga.
“Karena banyak orang yang tidak puas sekarang ada di mana-mana. Kelompok kaya harus mengembalikan banyak uang. Setelah mereka kehilangan uang, mereka berusaha mendapatkannya kembali dari kelompok miskin dengan memeras kami, membuat kami berang dan menurut saya, sangat besar kemungkinannya apa yang terjadi tadi malam bisa berkembang ke seluruh negeri,” ujarnya.
Kantor Perdana Menteri Inggeris menyebut kerusuhan itu “sama sekali tidak bisa diterima”, sementara Menteri Dalam Negeri, Theresa May, mengatakan para perusuh tidak mempedulikan keamanan dan kepemilikan umum, dan tindakan-tindakan itu tidak bisa ditoleransi.
Ketegangan rasial telah lama tinggi di wilayah London utara, di mana terdapat sejumlah besar kelompok minoritas etnis dan tingkat pengangguran yang tertinggi di kota itu. Tahun 1985 tidak jauh dari di mana kerusuhan hari Sabtu pecah, seorang polisi ditusuk sampai mati dalam kerusuhan rasial.
Tetapi, banyak yang mengatakan bahwa ketegangan di wilayah pemukiman yang perekonomiannya tidak berkembang ini sudah lama tinggi dan tinggal tunggu waktu sebelum kerusuhan meletup.