Dalam jumpa pers di Mabes Polri, Senin, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Musaddeq Ishak memastikan pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikro yang terletak di Kompleks Kantor Polresta Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/4) adalah Muhammad Syarif Astanagarif, 32 tahun, warga Pleret, Majalengka, Cirebon.
"Ada tiga alat ukur untuk identifikasi primer yang mutlak, pertama adalah sidik jari, yang kedua adalah data gigi yang ketiga adalah melalui analisis DNA. Tiga-tiganya dari tiga faktor primer ini cocok," tegas Musaddef Ishak. "Satu, sidik jari identik. Kemudian, data gigi juga diakuin oleh keluarganya bahwa ini memang betul giginya Muhammad Syarif. Lalu, ketiga, melalui pemeriksaan DNA, kita bisa buktikan secara ilmiah bahwa pelaku bom bunuh diri di Mesjid Polresta Cirebon adalah bernama Muhammad Syarif."
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Musaddeq Ishak menambahkan pemeriksaan sidik jari dilakukan dengan mencocokkan Surat Izin Mengemudi (SIM) milik pelaku.
Musaddeq mengakui untuk melakukan tes terhadap jasad pelaku cukup memakan waktu lama karena Muhammad Syarif merupakan pemain baru dalam jaringan teroris yang rekam jejaknya tidak dimiliki polisi.
Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Irjen Mathius Salempang mengungkapkan selama ini Muhammad Syarif merupakan orang yang masuk dalam pencarian orang dalam kasus perusakan minimarket Alfamart di Cirebon. Dari 11 pelaku perusakan minimarket Alfamart, baru enam yang telah diproses, lima di antaranya termasuk Muhammad Syarif, yang merupakan orang yang selama ini dicari.
Sementara itu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri masih menyelidiki motif di balik serangan bom bunuh diri Muhammad Syarif di Masjid Adz-Zikro tersebut, dan kaitannya, bila ada, dengan kelompok terorisme.
"Dari hasil pemeriksaan Labfor (Laboratorium Forensik) dari residu, sisa-sisa ledakan yang ada di TKP ( Tempat Kejadian Perkara) kemarin, kita temukan akhirnya potassium nitrat, kemudian ada alumunium dan ada sulfur. Itu bahan peledaknya. Kemudian, apakah sama dengan bom lain? Kalau kita lihat bahan yang ada di TKP tadi, bahannya sama mungkin rakitannya sama, tetapi kita tidak bisa mengatakan kemudian mengambil kesimpulan bahwa bom ini sama dengan bom yang dibuat oleh kelompok lain," jelas Irjen Mathius Salempang.
Sementara itu, Pengamat Teroris dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Mardigu mensinyalir serangan bunuh diri di Masjid Adz-Zikro yang terletak di Kompleks Kantor Polresta Cirebon, Jawa Barat terkait dengan jaringan kelompok teroris Aceh.
Saat ini ada 50 orang eks-Aceh yang menjadi buronan. Ada dari orang-orang ini ada yang bisa bom. Orang-orang ini mengajarkan orang lain. Jadi, terlihat setelah ini morat-marit, kocar kacir, mereka tiarap, mereka mengumpet ke sana kemari, tapi perjuangan mereka tak pernah berhenti," ujar Mardigu yang menambahkan ia menduga Muhammad Syarif sebagai salah satu murid kelompok tersebut.