Berbicara dalam sesi parlemen gabungan yang langka hari Senin (25/4), Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan Pakistan tidak memenuhi komitmen untuk mengambil tindakan militer terhadap pimpinan Taliban yang menolak mengakhiri perang dan ikut dalam pembicaraan perdamaian dengan pemerintah.
Ia mengatakan pimpinan pemberontak terus menggunakan "markas" mereka di kota-kota Peshawar dan Quetta di Pakistan untuk mengarahkan kekerasan di Afghanistan.
Ghani mengatakan, jika Pakistan tidak mampu bertindak melawan pemberontak sesuai komitmen pembicaraan perdamaian empat arah, maka pemberontak harus diserahkan ke pengadilan Islam Afghanistan supaya mereka diadili dan dihukum sesuai kejahatan yang mereka lakukan.
Afghanistan, China, Pakistan dan Amerika selama ini terus mencoba menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian antara Afghanistan dan Taliban, tetapi menurut pemimpin Afghanistan, ia tidak mengupayakan pembicaraan lagi dengan pemimpin pemberontak yang bersembunyi di Pakistan dan melakukan pembunuhan dari tempat-tempat persembunyian lintas batas terhadap warga Afghanistan yang tidak bersalah.
Ghani menambahkan, ia ingin menegaskan bahwa Afghanistan tidak mengharapkan Pakistan mengajak Taliban ke pembicaraan perdamaian. Komentar itu mengundang tepuk tangan riuh dari anggota parlemen.
Pakistan sudah lama dituduh terus berhubungan dengan Taliban. Kepala kebijakan luar negeri Pakistan, Sartaj Aziz, bulan lalu di Washington mengatakan pimpinan Taliban memang ada di Pakistan, tetapi menegaskan negaranya tidak bertanggungjawab atas kegiatan kelompok itu di Afghanistan. Pakistan menyatakan Afghanistan yang terus menerus tidak aman mengancam upaya kontra-terorisme Pakistan.
Presiden Ghani memperingatkan ia akan mengajukan keluhan ke Dewan Keamanan PBB jika Pakistan tidak memenuhi kewajiban.
Pekan lalu, serangan bom dan tembakan Taliban di Kabul menewaskan hampir 70 orang dan melukai sekitar 350 lainnya. Taliban menyatakan itu bagian dari serangan musim seminya.
Taliban juga menolak pernyataan Ghani, menyebutnya "penipuan dan fiktif." Jurubicara kelompok itu mengatakan Taliban tidak akan mengakhiri “jihad”-nya sampai "pendudukan asing" di Afghanistan berakhir dan "sistem Islam" diberlakukan. [ka/al]