Menurut pernyataan Gedung Putih terkait pembicaraan telepon itu, kedua pemimpin menegaskan bahwa disetujuinya resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai sanksi baru terhadap Korea Utara terkait program nuklir dan misilnya adalah langkah yang penting dan diperlukan untuk mencapai perdamaian dan kestabilan di Semenanjung Korea.
Sebelumnya hari Jumat, Presiden Donald Trump mengeluarkan peringatan baru terhadap Korea Utara bahwa militer Amerika ibarat senapan yang sudah diisi peluru dan dikokang, tinggal menarik picu.
"Kami mempelajari situasinya dengan sangat seksama, dan saya berharap mereka menyadari seriusnya pernyataan saya. Apa yang saya katakan, akan saya lakukan. Jadi mudah-mudahan mereka menyadarinya. Saya mengatakannya dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami,“ tandas Trump.
Berbicara kepada wartawan di klub golfnya di New Jersey, Trump mengatakan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan “dengan cepat menyesal” kalau ia mengancam atau berbuat sesuatu terhadap Guam, atau wilayah Amerika manapun, atau sekutu Amerika yang manapun.
"Percayalah, orang ini tidak akan dibiarkan berbuat semuanya begitu saja. Jika ia mengeluarkan ancaman, dalam bentuk ancaman terbuka, yang telah dilakukannya dan dilakukan keluarganya selama bertahun-tahun, atau jika ia berbuat sesuatu terhadap Guam, atau tempat lain manapun yang merupakan wilayah Amerika, atau sekutu Amerika, ia akan sangat menyesalinya. Ia akan menyesalinya dengan sangat cepat,” tegasnya.
Ini adalah yang terbaru dalam perang kata-kata yang terus berlanjut antara Presiden Trump dan Kim Jong Un sejak muncul laporan bahwa Pyongyang mungkin sudah berhasil mengembangkan senjata nuklir yang cukup kecil untuk dipasang pada misil balistik antar benua yang mampu mencapai bagian-bagian wilayah Amerika.
Presiden Donald Trump mengeluarkan peringatan itu hari Jumat beberapa jam setelah China menegaskan tidak akan membantu Korea Utara jika negara terkucil itu melancarkan serangan pertama terhadap wilayah Amerika dan Amerika membalasnya. [ds]