Presiden Brasil Dilma Rousseff hari Kamis (1/1) dilantik untuk masa jabatan kedua di tengah skandal korupsi, ekonomi stagnan dan berkurangnya dukungan di kongres bagi koalisi berkuasa pimpinannya.
Hal-hal tersebut, menurut sejumlah pakar, akan menyulitkan Rousseff dalam mengatasi berbagai tantangan. Sebagian berpendapat presiden itu harus mengubah gaya manajemennya yang kaku dan harus terbuka terhadap kompromi.
Tetapi dalam pidato pelantikannya selama 40 menit di hadapan kongres, Presiden Rousseff membela kinerjanya dan menyebutkan kemajuan sosial yang telah dicapai Brasil lewat program-program pemerintahnya. Ia juga mengatakan siap melawan korupsi dan mengakhiri kekebalan hukum bagi orang-orang kaya dan berpengaruh.
Pihak berwenang federal sedang menyelidiki dugaan penyuapan di perusahaan minyak Petrobas, dimana 39 orang telah dikenai tuduhan termasuk banyak pejabat tinggi perusahaan-perusahaan konstruksi terbesar di negara itu.
Penyelidikan itu diperkirakan juga akan menjatuhkan puluhan politisi – banyak dari koalisi berkuasa – menurut jaksa agung Brasil.
Pelantikan Rousseff hari Kamis menandai ketujuh kali berturut-turut seorang presiden yang terpilih langsung di Brasil berhasil kembali memenangkan pemilu – sesuatu yang belum pernah terjadi di negara terbesar di Amerika Selatan itu dalam hampir satu abad.