Negara-negara kaya seharusnya tidak menuntut ikatan politik sewaktu memberi bantuan pada negara-negara berkembang. Demikian dikatakan Presiden China Xi Jinping pada konferensi Asia Afrika Rabu (22/4), yang ditujukan untuk memperkokoh hubungan antara Afrika dan Asia.
Lebih dari 30 kepala negara berada di Jakarta untuk mengikuti KTT Asia-Afrika selama lima hari yang juga ditujukan untuk memperingati konperensi tahun 1955 yang meletakkan fondasi bagi gerakan non-blok era Perang Dingin.
Para peserta konperensi berharap dapat memperluas kerjasama ekonomi antara Afrika dan Asia. Di kedua benua itu ada pasar-pasar terbesar yang sedang bangkit di dunia, atau negara-negara yang sedang dalam proses menjadi negara lebih maju.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Afrika, mengimpor puluhan miliar dolar setiap tahunnya dalam bentuk sumber daya alam dan berinvestasi di sektor-sektor pembangunan penting di berbagai penjuru benua itu, termasuk proyek-proyek infrastruktur besar dan program-program keringanan utang.
Namun, sementara memperluas pengaruhnya di Afrika, banyak pihak di Barat menuduh Tiongkok mengabaikan masalah-masalah HAM, contohnya dengan menawarkan paket bantuan tanpa ikatan ke negara-negara dengan pemerintahan otoriter.
Xi membela kebijakan luar negeri China, dengan mengatakan, negara-negara lebih kaya di dunia memiliki tanggungjawab memenuhi komitmen mereka terhadap negara negara-berkembang, tanpa menuntut konsesi politik.
Kerjasama seperti itu, kata Presiden Xi, harus didasarkan pada sikap saling menghormati dan kesetaraan. Ia juga mengatakan, China akan terus menawarkan bantuan bagi negara-negara berkembang tanpa ikatan politik.