Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Rabu (28/6) meyakinkan pasukannya bahwa ia akan melindungi mereka dari tuntutan hukum apapun jika mereka secara tidak sengaja membunuh warga sipil ketika memerangi militan yang menguasai sebuah kota di bagian selatan negara itu.
Duterte memerintahkan tentara untuk menghancurkan militan yang berafiliasi dengan kelompok ISIS, yang menyerang kota Marawi pada tanggal 23 Mei lalu dan memicu pertempuran yang kini telah menewaskan lebih dari 400 kombatan dan warga sipil. Sekitar 17 mayat yang diyakini sebagai warga desa yang dibunuh militan di daerah Marawi, yang kini sudah dikuasai kembali oleh pemerintah, ditemukan hari Rabu.
Dalam pidato televisi, Duterte mengatakan tentara tidak bermaksud membunuh warga sipil, tetapi seharusnya mereka “tidak ragu untuk menyerang terlibat hanya karena ada warga sipil. Merupakan tugas warga sipil untuk melarikan diri atau mencari perlindungan,” tambahnya.
Duterte meyakinkan tentara bahwa ia akan berjuang supaya mereka tidak dipenjara karena menewaskan warga sipil secara tidak disengaja.
Duterte memberlakukan undang-undang darurat militer di Filipina Selatan untuk menghadapi krisis di Marawi, ketika ratusan militan menyerbu kota yang umumnya dihuni warga Muslim itu, menduduki sejumlah gedung, menyandera seorang pastur Katholik-Roma dan mengibarkan bendera berwarna hitam gaya ISIS. [em/ds]