Seorang senator Filipina telah bertekad akan melanjutkan penyelidikan resmi terhadap gerakan antinarkoba pimpinan Presiden Rodrigo Duterte meskipun ada tuduhan dan ancaman yang dilontarkan presiden terhadapnya.
Senator Leila de Lima menyebut serangan-serangan Duterte sebagai “perlakuan kejam dan penyalahgunaan wewenang eksekutif” dalam pidatonya yang emosional hari Kamis di Manila. De Lima memulai penyelidikan legislatif terhadap pembunuhan sedikitnya 1.000 tersangka pengedar narkoba sejak Duterte mulai menjabat pada Juni lalu. Duterte menang pemilu dengan tekad akan membersihkan negara kepulauan itu dari peredaran narkoba dan pelaku kejahatan narkoba.
Senator tersebut mengatakan tuduhan-tuduhan Duterte, yang disampaikan dalam pidato untuk memperingati ulang tahun ke-115 kepolisian negara itu, Rabu (17/8), sempat membuatnya mempertimbangkan kembali sikapnya. Ia mengatakan, jelas bahwa apa yang dilakukan terhadapnya juga akan terjadi pada siapapun yang tidak tunduk pada keinginan presiden
Sementara itu Presiden Duterte juga kembali mengecam PBB dalam pidatonya hari Rabu, dengan mengatakan badan dunia itu membuat “usulan rencana yang sangat bodoh” dengan mengritik upaya-upayanya memberantas narkoba.
Sekjen PBB Ban Ki-moon telah mengecam Duterte yang tampaknya mendukung pembunuhan di luar hukum, dengan menyebutnya sebagai “pelanggaran HAM dan kebebasan yang mendasar.”
Presiden mempertanyakan mengapa PBB begitu mudah dipengaruhi untuk ikut mencampuri urusan Filipina hanya karena 1.000 orang telah dibunuh.
Menurut data resmi, sedikitnya setengah dari mereka yang tewas itu terlibat dalam tembak menembak dengan polisi. [uh/ab]