Rodrigo Duterte mencabut izin senjata api siapapun dalam daftar itu dan menasehatkan mereka agar menyerahkan diri sebelum Senin untuk diselidiki guna membersihkan nama mereka.
Pemimpin kontroversial itu, melalui pidato televisi nasional hari Minggu, juga memerintahkan polisi dan anggota tentara yang telah ditugaskan untuk melindungi sebagian dari orang yang tertera dalam daftar agar menarik kembali satuan mereka.
Sejak Duterte memangku jabatan presiden pada akhir Juni, perangnya melawan narkoba telah mengakibatkan tewasnya ratusan orang yang dicurigai pedagang narkoba dan ribuan lagi ditangkap, sementara ratusan ribu orang telah menyerahkan diri kepada pihak berwenang.
Presiden tersebut mengatakan ia menerima tanggungjawab penuh kalau ada nama dalam daftar itu ternyata orang yang tidak bersalah.
Dalam pidato pelantikannya tanggal 30 Juni, Duterte berjanji akan memberantas korupsi dan narkoba. Dengan menggunakan kata-kata tajam yang khas, ia juga menanggapi kecurigaan yang luas bahwa ia mengerahkan satuan-satuan pembunuh untuk menegakkan ketertiban di Davao.
“Saya tahu bahwa ada orang yang tidak setuju dengan cara saya melawan kejahatan, narkoba, dan korupsi,” katanya. “Untuk menjawabnya, saya mengatakan bahwa saya sudah melihat bagaimana korupsi bekerja. Saya sudah melihat bagaimana narkoba gelap menghancurkan perorangan dan hubungan keluarga. Saya sudah melihat bagaimana korupsi menguras dana pemerintah,” kata presiden Filipina itu.
“Sebagai mantan pengacara dan mantan jaksa, saya tahu batas kekuasaan presiden,” katanya menambahkan. “Anda lakukan pekerjaan Anda dan saya lakukan tugas saya. Saya tahu apa yang legal dan apa yang tidak legal.”
Ketika walikota Davao selama 22 tahun, Duterte terkenal menggunakan kata-kata kasar dan ancaman ketika marah mengenai suatu masalah, menurunkan kejahatan dengan cara-cara yang mengejutkan, menurut juru bicara Davao Leo Villareal dalam tanggapannya ketika Duterte dilantik menjadi presiden. [gp]