Presidensi G20 Raja Salman yang juga merupakan Kepala Negara Arab Saudi akan memimpin KTT luar biasa tersebut pada Kamis, 26 Maret 2020 pukul 19.00 atau 7 malam WIB.
Dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo akan berdiskusi secara online dengan para pemimpin negara anggota G-20 dan organisasi internasional terkait diantaranya PBB, WHO, Bank Dunia dan IMF.
Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Agustaviano Sofjan kepada VOA, Rabu (25/3) mengatakan virus corona merupakan musuh bersama dunia yang berdampak luas pada kemanusiaan dan perekonomian.
Menurutnya pertemuan itu akan membahas terkait dampak kemanusiaan, ekonomi, sosial yang timbul akibat merebaknya wabah virus corona ini. Saat ini lebih dari seratus negara yang terkena dampak Covid-19 termasuk Indonesia.
“Sudah waktunya dunia bersama-sama secara terkoordinasi untuk saling membantu. Jadi tentu forum G-20 ini merupakan forum yang tepat sekali.Dunia perlu bersama untuk melawan Covid-19 diperlukan solidaritas bersama. Selain itu kita (Indonesia) juga melihat dengan dampak-dampak ekonomi dan sosial diperlukan dukungan dari semua pihak baik negara, organisasi internasional, pihak terkait lainnya untuk bersatu membahas ini baik dari segi fiskal, moneter maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang dianggap akan tepat,” kata Agustaviano.
IMF memperkirakan bahwa dampak perebakan virus corona akan sama buruknya dengan krisis ekonomi global pada tahun 2008. Untuk itu pertemuan G-20 kali ini sangat dinanti-nanti dunia guna mendukung stabilitas keuangan dan perekonomian dunia.
Menurut Agustaviano, Presiden Joko Widodo akan berpartisipasi dalam KTT G-20 tersebut untuk mendorong solidaritas global yang memerlukan aksi bersama dan terkoordinasi seperti kepentingan untuk kebutuhan akses dan keterjangkauan peralatan kesehatan dan vaksin.
Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, dukungan pendanaan dalam mekanisme bilateral, regional ataupun multilateral secara global perlu didukung dengan peningkatan kerjasama internasional dalam memerangi Covid-19 dan segala dampak ekonomi dan sosialnya.
Lebih lanjut Agustaviano mengungkapkan aspek perdagangan internasional dan kerjasama internasional juga menjadi pokok bahasan utama guna menjamin kelancaran arus barang dan jasa serta penguatan upaya global dalam merespon Covid-19.
INDEF: Pertemuan G20 Penting
Sementara itu Peneliti Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pertemuan G20 ini menjadi pertemuan yang sangat penting ditengah persoalan global yang melanda seluruh negara yakni Covid-19.
Namun, dia memperingatkan jangan sampai ada negara-negara superior yang memaksakan agenda-agendanya, sementara negara-negara berkembang dan negara-negara yang mempunyai kekuatan lemah menjadi negara yang menangung beban negatif.
“Semua negara harus mempunyai konsensus yang sama sehingga semua jadi terlindungi. Jadi tidak ada satu kewas-wasan atau risiko-risiko... sehingga masing-masing negara bisa fokus bagaimana mencegah wabah ini tanpa direcoki persoalan ekonomi semakin memperkeruh keadaan. Misalnya di Indonesia sekarang, kita untuk mengendalikan penyebaran virus saja sudah berat, kalau pemerintah kita dibebankan lagi dengan fluktuasi nilai tukar terus mengalami tekanan, indeks harga saham yang terus mengalami tekanan, konsentrasi pemerintah untuk menyelesaikan persoalan jadi terbelah,” kata Enny.
Enny menambahkan aktivitas ekonomi, baik kegiatan perdagangan maupun ekspor impor menjadi terganggu akibat virus corona ini. Khusus Indonesia, tambahnya, yang memiliki ketergantungan bahan baku yang cukup besar terutama pada Tiongkok – yaitu sekitar 25 persen – sehingga membuat sebagian industri di dalam negeri terpaksa meliburkan karyawannya.
Sebelum diselenggarakannya KTT G-20 Luar Biasa virtual nanti, G20 telah melaksanakan pertemuan virtual Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 pada 23 Maret 2020, serta pertemuan Sherpa G20 pada 25 Maret 2020. Dalam pertemuan virtual para menteri keuangan dan gubernur bank sentral itu telah dibahas paket stimulus dalam kerangka Covid-19.
Sementara organisasi internasional seperti Bank dunia dan IMF juga sepakat mengeluarkan bantuan pendanaan guna meredam dampak pandemic Covid-19 terhadap perekonomian global.
Dalam pertemuan Sherpa G20, Indonesia telah menyampaikan perlunya G20 untuk fokus mendukung negara berkembang dan least developed countries sebagai pihak yang diperkirakan paling rentan terhadap dampak pandemi ini.
G20 yang dibentuk tahun 1999 merupakan forum utama kerjasama ekonomi internasional yang memiliki posisi strategis yang secara kolektif mewakili 85% GDP dunia, 75% perdagangan global dan dua per tiga penduduk dunia [fw/em]