Presiden Joko Widodo berkomitmen bahwa Indonesia akan bergabung dengan bank infrastruktur Asia yang didukung China, namun ia mengajukan beberapa syarat dulu pada Beijing, menurut Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang bernilai US$50 miliar tersebut, yang diluncurkan bulan lalu di Shanghai, dianggap Amerika Serikat sebagai tantangan untuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang didominasi Barat.
"Presiden telah memberikan komitmen pribadi bahwa Indonesia akan bergabung dengan bank tersebut. Namun ia mengajukan dua permintaan spesifik kepada pemerintah China," ujar Andi, Rabu (19/11), tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Harian The Jakarta Post melaporkan minggu ini bahwa Presiden Jokowi telah meminta kantor pusat AIIB untuk berlokasi di Jakarta dan bahwa Indonesia akan dimungkinkan untuk memainkan peran besar dalam operasi-operasi bank tersebut.
Andi mengatakan ia memperkirakan jawaban Beijing atas permintaan Presiden Jokowi akan muncul pertengahan Desember.
Indonesia tidak termasuk dalam 21 negara yang menghadiri peluncuran AIIB karena Presiden Jokowi baru saja dilantik dan belum memutuskan hal apakah akan bergabung atau tidak.
AIIB, dengan saham mayoritas milik China, bertujuan memberikan pinjaman proyek pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Infrastruktur di Indonesia yang terbatas, dengan kesenjangan-kesenjangan dalam jaringan jalan, kereta api dan pelabuhan, adalah salah satu dari kendala pertumbuhan ekonomi.
Washington telah menyambut bank tersebut dengan sedikit keraguan, mengatakan bank itu perlu memenuhi standar-standar tata kelola dan transparansi internasional.
China mengatakan bank baru itu akan menggunakan praktik-praktik terbaik dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.
Diantara negara-negara yang bergabung dengan AIIB adalah India, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos dan Singapura. (Reuters)