Presiden Joko Widodo Selasa (10/2) memastikan seluruh proyek pendukung pengurangan banjir di Jakarta akan mulai dibangun. Banjir di Jakarta menurut Presiden akan banyak terkurangi jika terowongan Ciliwung menuju Banjir Kanal Timur (BKT) selesai dibangun. Termasuk diantaranya pembangunan waduk di Ciawi Bogor.
"Untuk banjir Jakarta, nanti kalau yang namanya terowongan dari Ciliwung menuju Banjir Kanal Timur (BKT) itu selesai akan mengurangi. Tahun ini juga akan dimulai pembangunan dan pembebasan tanah untuk waduk yang di Ciawi Bogor," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden menjelaskan, penyelesaian masalah banjir di Jakarta yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun tidak bisa dituntaskan hanya dengan penanganan selama setahun.
"Ini ya memang ga mungkin dalam sehari dua hari atau setahun dua tahun selesai. Ini kan sudah berpuluh-puluh tahun (banjir Jakarta) bisa diselesaikan. Tapi ini kita akan mempercepat dengan cara-cara itu. Oleh sebab itu nanti saya akan lihat progress bagaimana (rencana pembangunan) waduk di Ciawi, dan juga akan lihat kapan selesai yang terowongan dari Ciliwung menuju BKT)," lanjutnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) usai menghadap Presiden di kantor Presiden Jakarta mengatakan, banjir di Jakarta ini disebabkan kondisi pasang air laut dan bukan disebabkan kiriman dari Bogor seperti biasanya.
Ahok membantah tudingan bahwa pemerintah provinsi DKI tidak memberikan peringatan dini dan antisipasi banjir. Menurut Ahok banjir rob tidak bisa diantisipasi optimal karena luapan air melebihi kapasitas pompa untuk menyedot air.
Terkait banjir di jalan protokol ibukota, Ahok menjelaskan, hal itu disebabkan sistim drainase yang belum baik dan revitalisasi waduk yang belum selesai.
"Sebetulnya intinya di rob itu mesti diberesin ya. Sama di utara mesti dipasang pompa besar. Supaya bebannya kan posisi kita dibawah muka laut, jadi ga mungkin kalau ujan, kalau ujan semua ga bisa dipompa keluar trus air laut masuk. Kalau tanggul belum siap, trus anda pompa terus air laut akan muter terus. Nah ini yang ga bisa turun atau surut," jelas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Ahok mengatakan, dirinya sudah menyampaikan kepada Presiden agar Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak mematikan arus listrik di lokasi pompa waduk Pluit. Hal itu lah yang menurut Ahok menyebabkan meluapnya air ke beberapa wilayah di Jakarta.
Dari 12 pompa yang ada menurut Ahok, hanya dua pompa yang berfungsi. Dengan matinya listrik untuk pompa waduk Pluit tersebut menurut Ahok, membuat intensitas air yang berada di waduk naik tinggi. Padahal, seharusnya waduk tersebut sudah dikosongkan agar bisa menampung.
Ahok menyadari banjir yang mengepung ibu kota sangat mengganggu bahkan melumpuhkan gerak ekonomi. Untuk itu selaku Gubernur DKI, Ahok meminta maaf atas banjir yang melanda Jakarta.
Sementara itu, terkait penanganan pelayanan aktifitas publik Jakarta selama banjir, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono menjelaskan kepolisian bersinergi dengan pemprov DKI dan aparat TNI untuk koordinasi lapangan.
"Provinsi DKI Jakarta, Kodam Jaya dan Polda Metro sudah antisipasi. Maka begitu ada genangan air seperti hanya wilayah Jakarta Barat ini untuk roda 2 kita alihkan masuk dalam tol. Tidak dipungut biaya, dengan catatan saya minta tidak melawan arus," kata Ahok.
"Lalu untuk jalan S Parman depan Untar dalam, ada teman kita dari Kodam Jaya siap membantu evakuasi masyarakat. Untuk di (depan mal Citraland) kepolisian siapkan perahu karet, kano dan kayak untuk evakuasi dari ujung ke ujung," tambahnya.
Beberapa warga Jakarta mengeluhkan kembali harus menghadapi banjir. Diantaranya ibu Ratih (43 tahun) yang mengeluhkan kuranya antisipasi pemprov DKI dan pemerintah pusat dalam mengantisipasi bencana banjir.
"Saluran air yang belum lancara atau belum teratasi dengan baik ya. Sehingga banjir kembali terjadi untuk kesekian kalinya. Banjir 5 tahunan yang sudah sering terjadi ini tidak diantisipasi ya," kata Ratih.
Ibu Ratih yang tinggal di Cideng Jakarta Barat ini berharap ada solusi cepat yang bisa segera diambil oleh pemerintah dalam penanganan banjir. "Harus segera dicari solusi sesuai dengan janjinya ya. Apalagi beliau (Jokowi) janji kalau dia jadi Presiden banjir dan macet akan teratasi. Tapi pada kenyataannya ...belum terwujud," lanjut Ratih.
Namun demikian, bencana banjir yang kembali melanda Jakarta ini ternyata justru mendatangkan rezeki buat pak Kirun (45 tahun) dan beberapa rekannya sesama tukan ojek. Dengan bermodalkan gerobak, pak Kirun membantu para pengguna sepeda motor untuk melintasi genangan banjir.
"Naik gerobak ini Rp 30 ribu pak. Kemarin lumayan ya, kalau hari ini agak sepi ya. Kemari seharian bisa dapat Rp 800 ribu. Yah dipotong makan dan sewa gerobak saya dapat Rp 700 ribu. Untuk sewa gerobaknya sekitar Rp 50 hingga 70 ribu," kata Kirun.
Hampir seluruh wilayah di Jakarta sejak Senin (9/2) dilanda banjir dengan tinggi air sekitar 20 centi meter hingga hampir 1 meter. Dari pantauan VoA di Jalan S Parman depan mal Citra Land dari arah Slipi menuju Kali Deres, Pluit dan Grogol terputus akibat banjir.
Demikian pula arah sebaliknya khususnya di depan kampus Universitas Tarumanegara dan Trisakti menuju ke arah Slipi. Banjir juga melanda kawasan Kelapa Gading. Tidak hanya pemukiman, beberapa pusat perkantoran dan perbelanjaan, lumpuh akibat banjir.
Berdasarkan data sementara pada Selasa (10/2) dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, total daerah yang terendam banjir ada 307 Rukun Warga, 97 kelurahan dan 33 kecamatan. Sebanyak 4.830 keluarga atau 15.517 jiwa, terdampak akibat rumah mereka terendam banjir. Hal itu mengakibatkan, ada 5.986 jiwa mengungsi di 14 lokasi.