Staf Komunikasi Organisasi Lingkungan World Wildlife Fund (WWF-Indonesia) Annisa Ruzuar mengatakan, Presiden SBY bertempat di Istana Negara hari Selasa (5/6), telah mendeklarasikan dimulainya Peringatan Tahun Badak Internasional.
Annisa mengatakan, “Ternyata isu tentang konservasi badak itu belum terlalu diketahui masyarakat banyak. (Tahun Badak Internasional) yang dideklarasikan oleh Presiden RI, kita mendukung upaya pemerintah mendeklarasikan Hari Badak Internasional .”
Annisa Ruzuar dari WWF Indonesia mengatakan, Indonesia dipercaya menjadi inisiator untuk program pelestarian badak dunia. Annisa memuji komitmen pemerintah terkait upaya perlindungan badak di Indonesia.
“Supaya masyarakat lebih peduli kepada perlindungan badak, secara khusus Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), karena saat ini populasinya hanya tersisa 50 saja di seluruh dunia, jadi lokasi (konservasi) Badak Jawa itu hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon.”
Sebelumnya, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, inisiasi peringatan Tahun Badak Internasional oleh Indonesia, terutama setelah badan konservasi dunia IUCN menetapkan status kritis terhadap dua spesies badak yang terancam punah, Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dan Badak Sumatra (Dicerorhinus Sumatrensis).
Menteri Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia merupakan negara yang cukup penting bagi konservasi badak dunia karena memiliki dua spesies badak tersebut.
“Pencanangan itu adalah untuk menyadarkan kita semua, menyadartahukan (awareness) kita semua akan pentingnya bagi kita, bagi dunia internasional agar lebih peduli akan kelangsungan populasi badak ini,” ungkap Zulkifli Hasan.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menambahkan, Tahun Badak Internasional akan berlangsung hingga 2013. Pencanangan ini didukung oleh banyak negara, seperti Afrika Selatan, Bhutan, Nepal, India, Zimbahwe dan Malaysia.
Pihak badan konservasi dunia IUCN baru-baru ini menyatakan, Indonesia ditunjuk sebagai inisiator deklarasi karena menjadi rumah bagi dua spesies badak yang paling langka di dunia, Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Pihak IUCN menyatakan, masalah populasi dua spesies badak yang ada di Indonesia cukup serius. Walau langkah konservasi telah dilakukan namun jumlah badak terus menurun. Indonesia perlu melakukan upaya lebih keras.
Deklarasi Hari Badak Internasional oleh Presiden bertepatan pula dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) yang selalu diperingati pada setiap tanggal 5 Juni oleh semua negara.
Beberapa warga, terutama kaum muda menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah bersama organisasi lingkungan dunia untuk menyelamatkan ekosistem dan kehidupan aneka satwa dan fauna Indonesia, salah satunya badak.
Karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta Hesty (22 tahun) mengatakan, ia cukup mengagumi flora fauna yang dimiliki Indonesia. Khusus badak, Hesty mengatakan.
“Bentuknya gede, hidungnya juga gede mirip babi, culanya dua . gemes sih (lihatnya) kayak gajah, males-malesan di kubangan mulu. Saya liat langsung di Ragunan.
Muhammad Irwan (39 tahun) warga kawasan Meteng Jakarta Pusat mengatakan, pemerintah harus serius menyelamatkan populasi hewan langka Indonesia, tidak hanya sekedar deklarasi semata.
“Karena hampir punah.Ada Badak Sumatera dan ada Badak Jawa, perlu dilestarikan, harus dong.
Kang Bodong (33 tahun) karyawan swasta di Jakarta mengatakan, ia pertama melihat badak di kebun binatang Ragunan Jakarta Timur. “Saya lihat badak pertama di Ragunan, di situ badak Jawa itu. bedanya Badak Jawa bercula satu, Badak Sumatera bercula dua, sama seperti Badak Afrika,” ujar Bodong.
Para aktivis lingkungan mengatakan, sampai sekarang Negara-negara dengan sebaran badak di dunia antara lain Indonesia, Mozambique, Kenya, Bhutan dan Nepal.
Aktivis lingkungan mengatakan, selama bertahun-tahun, hilangnya habitat hutan dan perburuan badak untuk diambil culanya serta bagian tubuh lain merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup badak di tanah air, terutama di wilayah Sumatera.
Pada tahun 1962, organisasi lingkungan WWF merupakan salah satu lembaga konservasi yang terlibat langsung dengan penelitian mamalia langka Indonesia, terutama Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di provinsi Jawa Barat.
Sampai sekarang WWF juga bekerjasama dengan pemerintah Indonesia juga terlibat dalam konservasi Badak Sumatera, tepatnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang berlokasi di Propinsi Lampung dan Bengkulu.
Diperkirakan sekitar 60-90 ekor Badak Sumatera berada di taman nasional tersebut dan merupakan populasi terbesar kedua di dunia.
Annisa mengatakan, “Ternyata isu tentang konservasi badak itu belum terlalu diketahui masyarakat banyak. (Tahun Badak Internasional) yang dideklarasikan oleh Presiden RI, kita mendukung upaya pemerintah mendeklarasikan Hari Badak Internasional .”
Annisa Ruzuar dari WWF Indonesia mengatakan, Indonesia dipercaya menjadi inisiator untuk program pelestarian badak dunia. Annisa memuji komitmen pemerintah terkait upaya perlindungan badak di Indonesia.
“Supaya masyarakat lebih peduli kepada perlindungan badak, secara khusus Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), karena saat ini populasinya hanya tersisa 50 saja di seluruh dunia, jadi lokasi (konservasi) Badak Jawa itu hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon.”
Sebelumnya, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, inisiasi peringatan Tahun Badak Internasional oleh Indonesia, terutama setelah badan konservasi dunia IUCN menetapkan status kritis terhadap dua spesies badak yang terancam punah, Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) dan Badak Sumatra (Dicerorhinus Sumatrensis).
Menteri Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia merupakan negara yang cukup penting bagi konservasi badak dunia karena memiliki dua spesies badak tersebut.
“Pencanangan itu adalah untuk menyadarkan kita semua, menyadartahukan (awareness) kita semua akan pentingnya bagi kita, bagi dunia internasional agar lebih peduli akan kelangsungan populasi badak ini,” ungkap Zulkifli Hasan.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menambahkan, Tahun Badak Internasional akan berlangsung hingga 2013. Pencanangan ini didukung oleh banyak negara, seperti Afrika Selatan, Bhutan, Nepal, India, Zimbahwe dan Malaysia.
Pihak badan konservasi dunia IUCN baru-baru ini menyatakan, Indonesia ditunjuk sebagai inisiator deklarasi karena menjadi rumah bagi dua spesies badak yang paling langka di dunia, Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Pihak IUCN menyatakan, masalah populasi dua spesies badak yang ada di Indonesia cukup serius. Walau langkah konservasi telah dilakukan namun jumlah badak terus menurun. Indonesia perlu melakukan upaya lebih keras.
Deklarasi Hari Badak Internasional oleh Presiden bertepatan pula dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) yang selalu diperingati pada setiap tanggal 5 Juni oleh semua negara.
Beberapa warga, terutama kaum muda menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah bersama organisasi lingkungan dunia untuk menyelamatkan ekosistem dan kehidupan aneka satwa dan fauna Indonesia, salah satunya badak.
Karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta Hesty (22 tahun) mengatakan, ia cukup mengagumi flora fauna yang dimiliki Indonesia. Khusus badak, Hesty mengatakan.
“Bentuknya gede, hidungnya juga gede mirip babi, culanya dua . gemes sih (lihatnya) kayak gajah, males-malesan di kubangan mulu. Saya liat langsung di Ragunan.
Muhammad Irwan (39 tahun) warga kawasan Meteng Jakarta Pusat mengatakan, pemerintah harus serius menyelamatkan populasi hewan langka Indonesia, tidak hanya sekedar deklarasi semata.
“Karena hampir punah.Ada Badak Sumatera dan ada Badak Jawa, perlu dilestarikan, harus dong.
Kang Bodong (33 tahun) karyawan swasta di Jakarta mengatakan, ia pertama melihat badak di kebun binatang Ragunan Jakarta Timur. “Saya lihat badak pertama di Ragunan, di situ badak Jawa itu. bedanya Badak Jawa bercula satu, Badak Sumatera bercula dua, sama seperti Badak Afrika,” ujar Bodong.
Para aktivis lingkungan mengatakan, sampai sekarang Negara-negara dengan sebaran badak di dunia antara lain Indonesia, Mozambique, Kenya, Bhutan dan Nepal.
Aktivis lingkungan mengatakan, selama bertahun-tahun, hilangnya habitat hutan dan perburuan badak untuk diambil culanya serta bagian tubuh lain merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup badak di tanah air, terutama di wilayah Sumatera.
Pada tahun 1962, organisasi lingkungan WWF merupakan salah satu lembaga konservasi yang terlibat langsung dengan penelitian mamalia langka Indonesia, terutama Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di provinsi Jawa Barat.
Sampai sekarang WWF juga bekerjasama dengan pemerintah Indonesia juga terlibat dalam konservasi Badak Sumatera, tepatnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang berlokasi di Propinsi Lampung dan Bengkulu.
Diperkirakan sekitar 60-90 ekor Badak Sumatera berada di taman nasional tersebut dan merupakan populasi terbesar kedua di dunia.