Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena meminta dua pejabat tinggi keamanan untuk mengundurkan diri setelah ledakan hari Minggu Paskah (21/4) yang mematikan, ketika para pejabat itu mengungkapkan rincian baru tentang pembom bunuh diri yang melakukan serangan dan menewaskan lebih dari 350 orang.
Seruan presiden itu kepada Kepala Polisi, Pujith Jayasundara, dan Menteri Pertahanan, Hemasiri Fernando untuk mundur, muncul sehari setelah ia berjanji dalam pidato yang disiarkan televisi, untuk mengambil tindakan tegas terhadap para pejabat yang tidak berbagi peringatan intelijen dengannya yang datang dari India beberapa hari sebelum pemboman gerej-gereja dan hotel-hotel mewah itu.
Ketika pemerintah menghadapi luapan kemarahan publik atas kegagalan mengindahkan peringatan itu, para pejabat senior mengakui telah terjadi "kesalahan besar."
Para pejabat Sri Lanka mengatakan hari Rabu (24/4), sembilan pelaku bom bunuh diri itu termasuk dua saudara laki-laki dari keluarga pebisnis kaya yang terlibat dalam perdagangan rempah-rempah dan seorang wanita yang menikah dengan salah satu dari mereka. Wanita itu tewas dalam ledakan ketika polisi mendekatinya di sebuah rumah di Kolombo beberapa jam setelah serangan.
Sejauh ini, 60 orang telah ditangkap dalam kaitan dengan serangan-serangan itu.
Selagi jumlah kematian meningkat tanpa henti, serangan itu kini dianggap sebagai yang terburuk di Asia Selatan. Dari 500 orang yang luka-luka itu masih memperjuangkan hidup mereka dan menjalani perawatan di rumah sakit. (ps)