Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan para pelaku sabotase di Suriah berusaha memanfaatkan seruan bagi perubahan dan ia memperingatkan reformasi nasional tidak bisa terselenggara kalau terjadi anarki dan aksi-aksi perusakan.
Pidato 70 menit di Universitas Damascus Senin merupakan pidato ketiga sejak protes anti pemerintah mulai pertengahan Maret.
Saksi mata dan aktivis mengatakan protes meletup di beberapa tempat setelah pidato Assad tersebut, termasuk di provinsi Idlib dan kota Homs serta Hama. Pemrotes mengecam pidato itu dan menuntut agar presiden Suriah itu mengundurkan diri.
Assad mengatakan ia membentuk sebuah komisi untuk mempelajari reformasi terhadap konstitusi Suriah, termasuk pemberian kekuasaan politik kepada parta-partai lain selain partai Baath yang berkuasa. Ia juga memperingatkan negara menghadapi kelemahan atau keambrukan ekonomi.
Jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Victoria Nuland memberikan tanggapan hari Senin, bahwa pemerintah AS menuntut tindakan dan bukan kata-kata dari pemimpin Suriah itu.
Dalam pidato dua minggu setelah aksi demonstrasi dimulai, Assad mengatakan pihak-pihak asing menciptakan konspirasi untuk menjatuhkan pemerintahannya. Pertengahan April, pidatonya mengatakan pemerintah Suriah akan mencabut UU darurat yang telah berlaku selama 50 tahun dan mendesak Kabinet melakukan berbagai langkah untuk menciptakan lapangan kerja.
Sementara, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague hari Senin mengatakan ia berharap Turki akan menekan tetangganya Suriah dan mengatakan kepada Assad bahwa ia “kehilangan legitimasi.”
Turki menampung lebih dari 10.000 pengungsi Suriah di kota-kota pinggiran dekat perbatasan dengan Suriah.
Pidato Assad menyusul sejumlah laporan bahwa tentara Suriah merazia sebuah desa perbatasan yang menyediakan bantuan bagi ribuan orang yang melarikan diri dari tindakan keras pemerintah terhadap pembangkang anti-pemerintah.
Pengungsi dan aktivis mengatakan tentara-tentara di desa Bdama membakar lahan pertanian dan gedung, serta menutup satu-satunya toko roti di desa itu. Mereka mengatakan tentara mendirikan pos-pos pemeriksaan untuk mencegah orang melarikan diri ke Turki.