Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, Kamis (28/1), mengunjungi sebuah pulau yang disengketakan untuk mengirim pesan yang telah diterima hingga di Washington. Taiwan adalah salah satu pengklaim utama namun kurang diperhatikan dalam sengketa wilayah maritim terbesar di Asia.
Ma bertolak dengan pesawat militer sebelum pukul 9 pagi ke Aba, atol di Laut China Selatan yang juga dikenal sebagai Pulau Taiping. Ia dijadwalkan mengunjungi sekitar 200 orang yang ditempatkan di sana sebagai personel garda pantai, pekerja medis dan peneliti ilmiah, sebelum kembali ke Taipei pada malam harinya.
Ma menyerukan pembangunan Itu Aba secara damai, seraya menyebut tentang pembangunan infrastruktur di sana yang mencakup rumah sakit berkapasitas 10 tempat tidur dan sebuah mercu suar.
“Semua bukti ini menunjukkan sepenuhnya bahwa Pulau Taiping mampu mempertahankan kehidupan manusia dan kehidupan ekonominya sendiri. Pulau Taiping jelas bukan sebuah karang, melainkan sebuah pulau,” katanya, seraya menambahkan tempat itu akan diubah menjadi sebuah pulau untuk operasi-operasi perdamaian dan penyelamatan, selain sebagai pulau yang ramah lingkungan dan penghasil karbon yang rendah.
“Dengan kata lain, kami memiliki layanan-layanan yang terkait dengan kegiatan perdamaian dan kemanusiaan,” kata Ma dalam konferensi pers di Taipei sepulangnya dari pulau itu. “Kami dapat mengembangkan layanan-layanan tersebut di pulau dan memperluasnya ke para nelayan atau mereka yang tinggal di tempat-tempat di dekatnya,” lanjutnya.
Juru bicara Charles Chen, Rabu (27/1) mengatakan Presiden Ma menekankan bahwa Pulau Taiping merupakan wilayah tak terpisahkan dari Taiwan.
Kunjungan ke pulau kecil yang terletak 1.600 kilometer dari Taiwan itu dilakukan setelah kementerian luar negeri mengeluarkan pernyataan yang tidak biasanya tegas pekan ini, yang menyebut empat pulau tropis besar di kawasan itu merupakan bagian dari Taiwan berdasarkan hukum internasional. Menurut pernyataan itu, Taiwan telah “menjaga” Itu Aba dan pulau-pulau kecil lainnya selama 60 tahun.
Kunjungan Ma itu mungkin membantu menyoroti sikap Taiwan. Meskipun mengklaim hampir seluruh kawasan laut seluas 3,5 juta kilometer persegi itu, Taiwan biasanya bersusah payah untuk mendapat perhatian karena kurangnya hubungan diplomatik di Asia. China, pengklaim paling berpengaruh dalam sengketa maritim itu menyatakan Taiwan sendiri adalah bagian dari Beijing dan melarang negara-negara lain menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Taiwan telah membangun Itu Aba, atol seluas setengah kilometer persegi di Kepulauan Spratly, menjadi pos terpencil garda pantai yang dilengkapi dengan proyek-proyek energi matahari dan staf medis untuk membantu kapal-kapal yang dihantam badai.
Pembangunan di pulau terbesar di Laut China Selatan itu merupakan bagian dari upaya Taiwan untuk mendapat perhatian internasional. Dalam sebuah pernyataan hari Kamis, presiden menginginkan penggunaan Itu Aba “secara damai.”
Para analis mengatakan mereka yang mengklaim kawasan itu lebih besar kemungkinannya memprotes kunjungan Ma daripada mendukung pembangunan di pulau kecil itu. [uh]