Taiwan menyebut dirinya sebagai negara berdaulat, namun Beijing menegaskan, pulau demokratis (Taiwan) yang berpenduduk 23 juta orang itu adalah bagian dari wilayahnya dan menentang interaksi resmi negara manapun dengan Taiwan.
Lai mendarat di Guam setelah kunjungan ke negara-negara kepulauan Pasifik, Tuvalu dan Kepulauan Marshall, setelah singgah di negara bagian Hawaii, Amerika Serikat.
Perjalanan luar negeri pertamanya sejak menjabat pada Mei ini ditujukan untuk meningkatkan dukungan internasional atas Taiwan, ketika China berupaya mempengaruhi beberapa sekutunya yang tersisa.
Tuvalu dan Kepulauan Marshall termasuk di antara 12 negara yang masih mengakui Taiwan secara diplomatis, setelah China meyakinkan negara lain untuk menyingkirkan Taiwan demi China.
Sebelumnya pada hari Rabu, Lai tersenyum dan melambai ketika turun dari pesawat di Tuvalu. Ia disambut oleh Perdana Menteri Feleti Teo, Gubernur Jenderal Tofiga Vaevalu Falani, anak-anak sekolah, pengawal kehormatan dan pertunjukan lagu dan tarian tradisional.
“Ketika saya turun dan melihat para siswa Tuvalu mengibarkan bendera nasional kedua negara, saya sangat merasakan tekad kuat rakyat atas aliansi diplomatik kami,” kata Lai melalui seorang penerjemah.
Taiwan memiliki sejarah panjang dalam memberikan bantuan pembangunan di Pasifik. Dalam pidatonya, Perdana Menteri Teo menyatakan "Terima kasih Tuvalu atas bantuan dari Taiwan" berupa kumpulan dana yang digunakan pemerintah untuk membeli kabel internet bawah laut, serta dukungan keuangan untuk mengatasi iklim.
Dalam komunike bersama mengenai "memajukan kemitraan menyeluruh" yang ditandatangani dalam kunjungan Lai, Taiwan dan Tuvalu sepakat untuk "mengevaluasi kembali proyek kerja sama bilateral yang berlangsung, guna membangun hubungan diplomatik yang lebih bertahan lama, langgeng, dan saling menguntungkan." [ps/ab]
Forum