Tautan-tautan Akses

Presiden Terpilih Taiwan Puji Hubungan dengan AS, Kehilangan Nauru


Presiden terpilih Taiwan Lai Ching-te, dari Partai Progresif Demokratik (DPP) saat menghadiri pertemuan politik menyusul kemenangan dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan 13 Januari 2024. (Foto: Reuters)
Presiden terpilih Taiwan Lai Ching-te, dari Partai Progresif Demokratik (DPP) saat menghadiri pertemuan politik menyusul kemenangan dalam pemilihan presiden, di Taipei, Taiwan 13 Januari 2024. (Foto: Reuters)

Delegasi AS, yang dipimpin oleh mantan penasihat keamanan nasional, bertemu dengan Presiden Taiwan yang baru terpilih, Lai Ching-te, pada Senin (15/1).

Kunjungan Stephen Hadley dan sejumlah pejabat AS lainnya terjadi beberapa hari setelah pemilihan presiden Taiwan.

Dalam pertemuan di Taipei, Lai mengatakan demokrasi dan kebebasan adalah “nilai inti” dan “dasar kemitraan jangka panjang antara Taiwan dan Amerika Serikat.”

Lai mengatakan Taiwan akan bekerja sama dengan sekutu internasional termasuk AS “untuk menjaga status quo stabilitas di Selat Taiwan.”

Hadley dan mantan Wakil Menteri Luar Negeri James Steinberg tiba di Taipei pada hari Minggu untuk pertemuan pascapemilu dengan Presiden Tsai Ing-wen dan para pemimpin politik.

Sementara itu, pada hari yang sama Taiwan kehilangan satu dari sedikit sekutu diplomatik resminya, ketika negara Pasifik Nauru secara tak terduga mengumumkan pihaknya memutuskan hubungan dengan Taiwan dan beralih ke Beijing.

Dengan peralihan ini, kini hanya 12 negara yang secara resmi mengakui Taiwan, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari China.

Pemerintah Nauru mengatakan pihaknya tidak akan lagi mengakui Taiwan "sebagai negara terpisah" melainkan "sebagai bagian yang tidak dapat dicabut dari wilayah China" -- sejalan dengan posisi Beijing terhadap pulau tersebut.

Sebagai tanggapan, Taiwan memutuskan hubungan dengan Nauru dengan alasan untuk "menjaga martabat nasionalnya ", dan menuduh Beijing membeli Nauru.

“China secara aktif menghubungi para politisi Nauru dan menggunakan bantuan ekonomi untuk mendorong negara tersebut agar mengalihkan pengakuan diplomatiknya,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Tien Chung-kwang.

Kantor Kepresidenan Taiwan menyebutnya sebagai "keputusan yang salah", dan menuduh China melakukan "represi diplomatik (sebagai) pembalasan terhadap nilai-nilai demokrasi".

Namun Kementerian Luar Negeri China mengatakan dimulainya kembali hubungan Beijing dengan Nauru “mencerminkan sentimen masyarakat”.

Di Markas Besar Diplomatik Taipei, gedung yang menampung sebagian besar kedutaan asing di Taiwan, bendera Nauru diturunkan. [ab/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG