Sebuah laporan dari 23 badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dirilis pada Kamis (21/12) mengatakan hampir 600 ribu warga Palestina di Jalur Gaza kelaparan karena jumlah makanan yang masuk ke wilayah itu “sangat tidak memadai” sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu.
Kepala Ekonom Badan PBB Urusan Pangan (World Food Program/WFP), Arif Husain, mengatakan laporan ini mengukuhkan hal yang paling ditakuti di Gaza.
“Laporan itu mengonfirmasi hal yang paling kami takuti terjadi di Gaza. Yaitu situasi di mana hampir semua orang kelaparan, dan berarti lebih dari setengah juta orang kelaparan atau satu dari empat orang," kata Arif.
Arif menggambarkan bahwa dalam kehidupan normal, setiap orang membutuhkan sekitar 15 liter air per hari, baik untuk minum maupun kebutuhan sehari-hari.
“Di Gaza, mereka yang beruntung dapat memperoleh 1-2 liter air. Sesedikit itu lah air yang mereka punya sekarang. Dan saat ini, jika tidak ada air, tidak ada makanan, apa yang akan terjadi? Mereka kelaparan! Itu yang terjadi di Gaza sekarang," ujar Arif.
Wabah Penyakit Bayangi Gaza
WFP memperingatkan jika perang Israel-Hamas terus berlanjut pada tingkat yang sama sekarang ini, dan pasokan makanan tidak dipulihkan, dalam enam bulan ke depan warga Palestina di wilayah itu dapat menghadapi bencana kelaparan. Wabah penyakit pun akan meluas.
"Warga di Gaza sangat dekat dengan wabah penyakit yang luar biasa karena sangat lemahnya sistem kekebalan tubuh mereka akibat tidak memiliki makanan yang cukup. Ini terutama terjadi pada anak-anak, perempuan, laki-laki. Semua warga sipil yang masih berada di Gaza," kata Arif.
WFP memaparkan bahwa 2,2 juta penduduk Gaza kini berada dalam krisis pangan. Ini mencakup 478 ribu jiwa yang berada dalam tingkat krisis, 1,17 juta jiwa dalam tingkat darurat dan 577 ribu jiwa dalam tingkat bencana atau berarti tingkat kelaparan.
Pengiriman makanan sangat tidak mencukupi ke Gaza, di mana sebelum Israel melancarkan kampanye militernya terhadap militan Hamas pun dua per tiga penduduk bergantung pada bantuan kemanusiaan internasional.
Sebelum laporan antar-lembaga itu dirilis, para pakar ketahanan pangan WFP telah memperingatkan bahwa warga Palestina di Gaza telah kehilangan semua sumber daya mereka, terutama setelah hancurnya pabrik dan toko roti yang membuat warga tidak memiliki tempat untuk mencari makanan.
Hanya satu dapur umum
Salah satu dapur umum yang masih beroperasi kini melayani ratusan orang di kota Rafah, di bagian selatan Gaza, ketika pertempuran Israel-Hamas meluas ke wilayah itu.
Salah seorang pengungsi Palestina, Aya Barbakh, tidak dapat menahan air mata ketika menjelaskan betapa ia membutuhkan makanan untuk keluarganya tidak hanya untuk 4-5 hari mengikuti operasi dapur umum itu, tetapi setiap hari.
PBB mengatakan separuh warga Gaza kini berada dalam situasi kelaparan ekstrem. Tujuh puluh hari terakhir ini, hanya 10 persen dari total kebutuhan pangan yang dapat masuk ke wilayah itu.
Menanti resolusi pengiriman bantuan PBB
Dewan Keamanan PBB sedianya melangsungkan pemungutan suara Senin lalu (18/12) untuk meloloskan resolusi yang akan mengerahkan pengiriman bantuan kemanusiaan secara besar-besaran lewat jalur darat, laut dan udara ke Gaza. Resolusi ini diusulkan oleh Uni Emirat Arab.
Presiden Dewan Keamanan PBB Jose Javier De La Gasca Lopez-Dominguez mengatakan pihaknya sepakat melanjutkan perundingan untuk memberi tambahan waktu melakukan diplomasi.
Associated Press melaporkan langkah ini terhambat oleh dua isu penting bagi Amerika Serikat (AS) yaitu referensi untuk menghentikan permusuhan dan perincian penempatan staf PBB untuk memeriksa setiap truk yang masuk agar benar-benar membawa bantuan kemanusiaan. Perundingan tentang hal ini masih terus berlanjut untuk mencegah veto ketiga dari Amerika.
AS pada 8 Desember lalu memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang didukung oleh hampir semua anggota dewan dan puluhan negara lain, yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza. Majelis Umum yang beranggotakan 193 negara menyetujui resolusi serupa pada 12 Desember dengan suara 153 banding 10, dengan 23 negara abstain.
Hingga laporan ini disampaikan, pemungutan suara itu tak kunjung dilakukan.
Hampir 200.000 Warga Palestina Tewas
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, mengatakan hingga Kamis (21/12) hampir 200.000 warga Palestina tewas dan 52.586 luka-luka akibat serangkaian serangan masif Israel ke wilayah itu.
Sementara Israel mengatakan lebih dari 130 tentaranya tewas dalam serangan darat yang dilancarkan sebagai pembalasan terhadap serangan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 warga, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menyandera sekitar 240 orang, yang sebagian di antaranya kini telah dibebaskan. [em/jm/ft]
Forum