Para anggota parlemen Hong Kong akan mulai memperdebatkan rancangan reformasi pemilu kontroversial yang didukung Beijing, tetapi ditolak oleh kelompok-kelompok pro-demokrasi di wilayah tersebut.
Ratusan pemrotes dari kedua pihak berkumpul di luar gedung parlemen hari Rabu. Para pendukung pemerintah melambai-lambaikan bendera China, sementara para aktivis oposisi mengungkapkan tentangan mereka terhadap rencana yang dianggap “demokrasi palsu.”
Keamanan lebih ketat daripada biasanya di daerah China itu setelah polisi pekan ini menyita sejumlah besar bahan kimia dan menangkap 10 orang. Enam dari mereka dikenai tuduhan bersekongkol untuk membuat bom. Para pejabat tidak banyak mengungkapkan rencana pemboman yang dituduhkan itu, yang dicurigai beberapa aktivis oposisi sebagai usaha untuk mencemarkan gerakan pro-demokrasi yang sebagian besar damai.
Bahkan sebelum penangkapan itu, ada keprihatinan akan kemungkinan kembalinya ketidak-stabilan politik yang melumpuhkan beberapa bagian kota itu tahun lalu, sewaktu puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan untuk menentang rencana reformasi itu.
Para anggota parlemen diperkirakan akan mengadakan pemungutan suara sebelum akhir pekan ini mengenai usul tersebut, tetapi tidak jelas apakah rancangan itu mempunyai cukup dukungan untuk memperoleh mayoritas dua-per-tiga ayng dibutuhkan.
Rancangan tersebut akan mengizinkan untuk pertama kalinya penduduk Hong Kong memilih pemimpin tertinggi mereka, tetapi para calon harus disetujui oleh komisi yang didominasi oleh orang-orang yang setia kepada Beijing. Kalau rancangan tersebut tidak lolos, pemimpin eksekutif Hong Kong akan terus dipilih
sebagaimana dilakukan selama ini, yaitu oleh komisi pemilu yang beranggotakan 1.200 orang.