Puluhan ribu demonstran berbaris di Hong Kong hari Minggu (20/10) menandai demonstrasi akhir pekan ke-20 berturut-turut, menentang apa yang mereka anggap sebagai upaya Beijing untuk mengendalikan kota itu. Protes terbaru itu mendapat tentangan keras dari polisi, yang menggunakan meriam air dan gas air mata ke arah demonstran.
Protes telah berlangsung selama empat bulan.
Polisi tidak mengizinkan protes hari Minggu, dan juga melarang orang menggunakan penutup wajah pada acara pertemuan terbuka itu.
Lima tuntutan demonstran mencakup hak pilih universal, penyelidikan atas kekerasan polisi, amnesti bagi demonstran dan penarikan resmi penyulut protes itu pada awal tahun ini yaitu Rancangan Undang-Undang ekstradisi yang akan memungkinkan China daratan mengadili orang yang ditangkap di Hong Kong. RUU tersebut kini telah dicabut.
Demonstran mengarahkan kemarahan mereka pada sasaran khusus yaitu bisnis-bisnis yang berpihak ke China , bank-bank dan sistem kereta bawah tanah kota yang luas, yang menurut demonstran telah tunduk pada tekanan pemerintah Hong Kong yang pro-Beijing dengan membatasi layanan di kota itu yang bergantung pada angkutan umum dalam upaya meredam protes.
Hari Minggu, demonstran juga menutup ruas-ruas jalan - yang mereka katakan bukan vandalisme, tetapi pertahanan diri.
Pemerintah kota tidak melihatnya seperti itu. Mereka menyebut demonstran "teroris" dan menangkap lebih dari 2.300 orang. Dan Kepala Eksekutif Carrie Lam telah menyatakan bahwa ia tidak akan turun dari jabatannya.(ka/jm)