Demonstrasi meruyak di sedikitnya sepuluh kota di Amerika pada Jumat (27/1) malam hingga Sabtu (28/1) dini hari untuk memprotes perlakuan kejam polisi terhadap Tyre Nichols. Penganiayaan yang dilakukan polisi tersebut membuat laki-laki berusia 29 tahun itu meninggal di rumah sakit pada 10 Januari, tiga hari setelah ia ditangkap dan dipukuli aparat.
Demonstrasi melanda sebagian kota Memphis, Tennessee; Atlanta, Georgia; Dallas, Texas; Providence, Rhode Island; Philadelphia, Pennsylvania; Boston, Massachusetts; Ashville, North Carolina; Sacramento, San Fransisco; hingga ke New York dan Ibu Kota Washington DC. Demonstrasi umumnya berlangsung damai, tetapi di beberapa kota mobil polisi menjadi sasaran kemarahan warga.
Demonstran memblokir jembatan Interstate 55 di atas Sungai Mississippi yang dilalui kendaraan menuju Arkansas. Sementara di Washington DC, demonstran berkumpul di Lafayette Park, di seberang Gedung Putih dan di dekat Black Lives Matter Plaza.
Rekaman Video Body Camera Tunjukkan Kekejaman Polisi
Tyre Nichols, dikejar dan ditangkap polisi karena telah menerobos lampu lalu lintas pada 7 Januari, tidak jauh dari rumahnya di kota Memphis, Tennessee. Rekaman kamera tubuh (body camera) polisi menunjukkan bagaimana ayah seorang anak berusia empat tahun itu sempat lari beberapa meter, sebelum dilumpuhkan dengan pistol kejut (taser). Ia lalu disemprot semprotan merica, sambil berulangkali ditinju, dipukul dengan pentungan dan ditendang. Rekaman kamera tubuh itu juga memperlihatkan bagaimana ia berulangkali memanggil lirih ibunya; yang rumahnya hanya berjarak kurang 100 meter dari lokasi di mana ia dipukuli.
Polisi memanggil ambulans setelah Tyre Nichols mengeluh sesak nafas. Ia dilarikan ke rumah sakit dan akhirnya meninggal karena luka-lukanya. Total durasi rekaman kamera tubuh sejak laki-laki itu dikejar, dipukuli hingga datangnya ambulans itu mencapai sekitar 20 menit.
Rekaman kamera tubuh polisi dan beberapa kamera lain yang ada di sekitar lokasi itu dirilis pihak berwenang pada publik sekitar pukul 19.00 waktu setempat pada Jumat (27/1). Selang satu jam setelah video itu dirilis, ratusan warga turun ke jalan-jalan di Memphis, Tennessee, disusul kota-kota lain.
Biden: Boleh Protes, tetapi Jangan Gunakan Kekerasan
Gedung Putih pada Jumat (27/1) malam mengeluarkan pernyataan resmi Presiden Joe Biden yang mengawalinya dengan mengatakan “sebagaimana kebanyakan orang, saya sangat marah dan sangat sedih melihat video mengerikan tentang pemukulan Tyre Nichols yang mengakibatkan kematiannya. (Peristiwa) ini adalah pengingat yang menyakitkan tentang ketakutan dan trauma mendalam, rasa pedih dan lelah yang dialami warga kulit berwarna Amerika setiap hari.”
Presiden mengingatkan bahwa meskipun rekaman video yang dirilis pada Jumat (27/1) malam itu membuat orang marah, “mereka yang mengupayakan keadilan sedianya tidak menggunakan kekerasan atau pengrusakan. Kekerasan tidak akan pernah dapat diterima, itu ilegal dan merusak.” Biden menggarisbawahi pernyataan ibunda Tyre Nichols, RowVaughn Wells, yang menyerukan demonstrasi damai. Biden juga mencuit di Twitter “tidak ada kata yang yang dapat menggambarkan duka dan kepedihan kehilangan seorang anak dan ayah yang masih muda ini.”
Urgensi “George Floyd Justice in Policing Act”
Mantan ketua DPR Amerika Nancy Pelosi lewat Twitter mendesak diloloskannya “George Floyd Justice in Policing Act,” yang sudah diloloskan DPR pada Maret 2021, tetapi tidak lolos di Senat.
“George Floyd Justice in Policing Act” digagas setelah kematian warga kulit hitam George Floyd di Minnesota dan Breonna Taylor di Kentucky pada 2020, karena penggunakan kekerasan secara berlebihan oleh polisi. RUU ini mengatur mekanisme penegakan hukum untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran hukum oleh polisi dan menegakkan akuntabilitas kepolisian.
RUU tersebut mencakup kerangka kerja untuk mencegah dan memperbaiki profil rasial (racial profiling) oleh penegak hukum di tingkat federal, negara bagian dan lokal; serta membatasi penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan penggunaan “no-knock warrants” (tindakan menerapkan surat perintah pengadilan untuk menggerebek rumah atau penahan seseorang tanpa mengetuk pintu rumah), tindakan melumpuhkan tersangka pelaku dengan “chokehold” dan “carotic hold – dua teknik mencengkeram leher seseorang untuk menahan mereka, yang berpotensi membatasi pernafasan mereka.
RUU ini juga mengusulkan dibentuknya “Daftar Pelanggaran Polisi Nasional” (National Police Misconduct Registry) untuk mengumpulkan data tentang keluhan dan catatan pelanggaran polisi, termasuk penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan praktik rutin menghentikan kendaraan dan penggeledahan.
Dipecat dan Didakwa
Direktur Kepolisian Memphis Carelyn Davis mengatakan pihaknya sedang menyelidiki seluruh personel polisi yang terlibat dalam insiden pemukulan Tyre Nichols itu. Ia menyebut perlakuan sedikitnya lima polisi, yang terlihat dalam rekaman video, berulangkali memukuli pekerja FedEx itu sebagai tindakan yang “keji, ceroboh dan tidak berperikemanusiaan.”
Lima polisi dipecat beberapa hari setelah insiden itu mengemuka, yaitu Tadarrius Bean, Demetrius Haley, Desmond Mills Jr, Emmitt Martin III dan Justin Smith. Masing-masing polisi itu menghadapi dakwaan pembunuhan tingkat dua (pembunuhan yang tidak direncanakan), penyerangan, penculikan, pelanggaran dan penindasan secara buruk. Empat dari lima polisi itu dibebaskan dari tahanan Jumat pagi dengan uang jaminan.
Sherif di Shelby County, Floyd Bonner, Jumat (27/1) malam, mengatakan dua deputi yang juga berada di lokasi kejadian setelah pemukulan itu telah dibebastugaskan sambil menunggu penyelidikan internal.
Berdasarkan aturan hukum di Tennessee, jika terbukti bersalah melakukan pembunuhan tingkat dua maka pelaku dapat dijatuhi hukuman 15-60 tahun penjara. [em/ah]
Forum