Seorang sopir taksi di Korea Selatan meninggal setelah membakar dirinya sendiri untuk memprotes layanan taksi online yang diluncurkan perusahaan aplikasi pesan teks terbesar di negara itu.
Im, pengemudi taksi berusia 64 tahun, parkir dekat Kedutaan Besar AS di pusat Ibu Kota Seoul beberapa saat sebelum api membakar kendaraannya, Rabu (9/1). Dia menjadi sopir taksi kedua yang meninggal bunuh diri dalam satu bulan terakhir.
Dia masih sadar sampai keluar dari mobil yang terbakar pada Rabu malam, menurut penuturan beberapa saksi, seperti diberitakan kantor berita AFP. Im dibawa ke rumah sakit terdekat, tapi nyawanya tak tertolong dan meninggal beberapa jam kemudian, kata polisi yang menemukan botol-botol bensin yang meleleh di dalam taksinya.
Menurut laporan kantor berita Yonhap, Im meninggalkan catatan. Dalam catatan itu, dia meminta pelarangan jasa yang dia sebut “tebengan kendaraan ilegal.”
Im adalah pengemudi taksi kedua dalam satu bulan ini yang membakar dirinya sendiri untuk memprotes jasa transportasi online yang diluncurkan oleh Kakao, perusahaan aplikasi chat.
Jasa layanan taksi online bisa mengurangi ongkos transportasi dan meningkatkan layanan untuk para pengguna di seluruh dunia. Tapi di Korea Selatan, transportasi online nyaris tidak ada. Perusahaan taksi online AS, Uber juga beroperasi terbatas.
Uber sudah menutup jasa layanan taksi online utamanya di Korea Selatan sejak 2015 menyusul penolakan keras dari sopir taksi. Uber hanya menyediakan layanan transportasi taxi online dengan izin.
Kakao Mobility, yang baru dalam tahap uji coba, hanya membolehkan para sopir untuk melakukan dua pesanan dalam satu hari.
Namun para supir taksi memprotes keras dengan mengatakan layanan itu mengancam pekerjaan dan kesejahteraan mereka.
Kakao Talk memutuskan menunda peluncuran resmi Kakao Mobility, yang dijadwalkan pada 17 Desember lalu. [ft]