Protes massal terjadi di seluruh Suriah hari Jumat, sehari setelah setidaknya 55 orang tewas dalam dua pemboman yang menandai serangan paling mematikan sejak dimulainya pemberontakan anti-pemerintah 14 bulan lalu. Ledakan-ledakan bom mobil di Damaskus hari Kamis itu termasuk dalam serangkaian serangan yang terjadi sejak pengamat PBB tiba di Suriah untuk memantau gencatan senjata yang goyah yang diperantarai utusan internasional Kofi Annan.
Televisi pemerintah hari Jumat melaporkan, tentara membunuh tersangka pembom bunuh diri di kota Aleppo, Suriah utara. Menurut laporan itu, mobil bakal penyerang itu berisi 1.200 kilogram bahan peledak. Jumat sore, terjadi ledakan dekat markas Partai Baath yang berkuasa di Aleppo. Menurut Syrian Observatory for Human Rights belum ada laporan mengenai korban ledakan tapi seorang Satpam tewas dalam serentetan tembakan setelah ledakan itu.
Pemerintah Suriah hari Jumat mendesak Dewan Keamanan PBB agar mengambil tindakan memerangi terorisme, setelah ledakan-ledakan hari Kamis itu. Media pemerintah mengatakan pemerintah mengajukan permohonan melalui surat kepada Dewan Keamanan dan Sekjen PBB Ban Ki-moon. Dikatakan, “kejahatan yang meningkat” adalah bukti bahwa Suriah menghadapi serangan teroris yang dipimpin kelompok-kelompok yang mendapat dukungan luar negeri.
Pemantau PBB berkunjung ke Damaskus hari Jumat sementara demonstran anti-pemerintahan Presiden Bashar al-Assad berkumpul di beberapa kota. Ada laporan yang belum dikukuhkan mengenai sejumlah korban luka-luka. Jurubicara misi pemantau Neeraj Singh mengatakan jumlah pemantau internasional dan staf yang ikut dalam misi itu meningkat menjadi 50 orang.
Namun, kekhawatiran semakin meningkat bahwa dua ledakan bom hari Kamis itu adalah sinyal situasi akan semakin memburuk, terutama setelah Menteri Pertahanan Amerika Leon Panetta mengatakan kepada wartawan, intelijen Amerika menunjukkan "kehadiran al-Qaida di Suriah."
Analis teror MJ Gohel mengatakan kecenderungan itu mengkhawatirkan. Gohel adalah direktur eksekutif Yayasan Asia-Pasifik berbasis di London. Menurutnya, dua ledakan bom di Damaskus mengindikasikan serangan al-Qaida, dengan ledakan pertama dirancang untuk menakut-nakuti orang agar keluar dari kantor dan gedung-gedung, dan langsung disusul ledakan kedua. Tapi ia memperingatkan terlalu dini untuk menyalahkan al-Qaida. Tetap saja pemerintah Suriah maupun kelompok oposisi menuding organisasi teroris tersebut.
Sementara itu, ketua kelompok oposisi utama Suriah hari Jumat di Tokyo menyalahkan pasukan terkait al-Qaida, yang punya hubungan dengan pemerintah Suriah, atas dua ledakan di Damaskus itu. Burhan Ghalioun menuduh pemerintah berusaha menyabotase rencana perdamaian yang diperantarai utusan internasional Kofi Annan.
Jeffrey White, cendekiawan pada Washington Institute dan mantan analis pada Badan Intelijen Pertahanan Amerika, mengatakan skenario seperti itu tentu masuk akal. Ditambahkan, ada kepercayaan kuat dalam komunitas intelijen bahwa rejim Assad punya hubungan dengan al-Qaida di Irak. Tetapi, menurutnya, tentara tidak mungkin akan menyerang pendukung. Pemerintah Assad menuduh pasukan oposisi berpihak ke al-Qaeda, sesuatu yang dibantah keras oleh Bassam Imadi dari Dewan Nasional Suriah.
Sejumlah analis, termasuk Arie Kruglanski, pakar teror dan profesor psikologi pada University of Maryland, mengatakan tidak mungkin oposisi adalah pelakunya. Dikatakan, pemboman bunuh diri adalah ciri khas ekstremisme agama dan kemunculan pembom bunuh diri kemungkinan menunjukkan kadar kemarahan dan frustrasi meningkat di Suriah.
Analis mengatakan akan butuh waktu untuk menentukan dengan pasti siapa yang bertanggungjawab atas meningkatnya jumlah pemboman dan serangan bunuh diri. Sementara itu, mereka memperingatkan Suriah bisa terjebak ke dalam konflik yang semakin parah, yang juga bisa menjadi perang saudara. Dan, jika kelompok-kelompok seperti al-Qaeda kini tidak punya pijakan kuat di Suriah, MJ Gohel mengatakan, eskalasi konflik bisa menjadi undangan terbuka.
PBB mengatakan sudah lebih dari 9.000 orang tewas dalam kekerasan terkait pemberontakan anti-pemerintah yang pecah Maret 2011.
Televisi pemerintah hari Jumat melaporkan, tentara membunuh tersangka pembom bunuh diri di kota Aleppo, Suriah utara. Menurut laporan itu, mobil bakal penyerang itu berisi 1.200 kilogram bahan peledak. Jumat sore, terjadi ledakan dekat markas Partai Baath yang berkuasa di Aleppo. Menurut Syrian Observatory for Human Rights belum ada laporan mengenai korban ledakan tapi seorang Satpam tewas dalam serentetan tembakan setelah ledakan itu.
Pemerintah Suriah hari Jumat mendesak Dewan Keamanan PBB agar mengambil tindakan memerangi terorisme, setelah ledakan-ledakan hari Kamis itu. Media pemerintah mengatakan pemerintah mengajukan permohonan melalui surat kepada Dewan Keamanan dan Sekjen PBB Ban Ki-moon. Dikatakan, “kejahatan yang meningkat” adalah bukti bahwa Suriah menghadapi serangan teroris yang dipimpin kelompok-kelompok yang mendapat dukungan luar negeri.
Pemantau PBB berkunjung ke Damaskus hari Jumat sementara demonstran anti-pemerintahan Presiden Bashar al-Assad berkumpul di beberapa kota. Ada laporan yang belum dikukuhkan mengenai sejumlah korban luka-luka. Jurubicara misi pemantau Neeraj Singh mengatakan jumlah pemantau internasional dan staf yang ikut dalam misi itu meningkat menjadi 50 orang.
Namun, kekhawatiran semakin meningkat bahwa dua ledakan bom hari Kamis itu adalah sinyal situasi akan semakin memburuk, terutama setelah Menteri Pertahanan Amerika Leon Panetta mengatakan kepada wartawan, intelijen Amerika menunjukkan "kehadiran al-Qaida di Suriah."
Analis teror MJ Gohel mengatakan kecenderungan itu mengkhawatirkan. Gohel adalah direktur eksekutif Yayasan Asia-Pasifik berbasis di London. Menurutnya, dua ledakan bom di Damaskus mengindikasikan serangan al-Qaida, dengan ledakan pertama dirancang untuk menakut-nakuti orang agar keluar dari kantor dan gedung-gedung, dan langsung disusul ledakan kedua. Tapi ia memperingatkan terlalu dini untuk menyalahkan al-Qaida. Tetap saja pemerintah Suriah maupun kelompok oposisi menuding organisasi teroris tersebut.
Sementara itu, ketua kelompok oposisi utama Suriah hari Jumat di Tokyo menyalahkan pasukan terkait al-Qaida, yang punya hubungan dengan pemerintah Suriah, atas dua ledakan di Damaskus itu. Burhan Ghalioun menuduh pemerintah berusaha menyabotase rencana perdamaian yang diperantarai utusan internasional Kofi Annan.
Jeffrey White, cendekiawan pada Washington Institute dan mantan analis pada Badan Intelijen Pertahanan Amerika, mengatakan skenario seperti itu tentu masuk akal. Ditambahkan, ada kepercayaan kuat dalam komunitas intelijen bahwa rejim Assad punya hubungan dengan al-Qaida di Irak. Tetapi, menurutnya, tentara tidak mungkin akan menyerang pendukung. Pemerintah Assad menuduh pasukan oposisi berpihak ke al-Qaeda, sesuatu yang dibantah keras oleh Bassam Imadi dari Dewan Nasional Suriah.
Sejumlah analis, termasuk Arie Kruglanski, pakar teror dan profesor psikologi pada University of Maryland, mengatakan tidak mungkin oposisi adalah pelakunya. Dikatakan, pemboman bunuh diri adalah ciri khas ekstremisme agama dan kemunculan pembom bunuh diri kemungkinan menunjukkan kadar kemarahan dan frustrasi meningkat di Suriah.
Analis mengatakan akan butuh waktu untuk menentukan dengan pasti siapa yang bertanggungjawab atas meningkatnya jumlah pemboman dan serangan bunuh diri. Sementara itu, mereka memperingatkan Suriah bisa terjebak ke dalam konflik yang semakin parah, yang juga bisa menjadi perang saudara. Dan, jika kelompok-kelompok seperti al-Qaeda kini tidak punya pijakan kuat di Suriah, MJ Gohel mengatakan, eskalasi konflik bisa menjadi undangan terbuka.
PBB mengatakan sudah lebih dari 9.000 orang tewas dalam kekerasan terkait pemberontakan anti-pemerintah yang pecah Maret 2011.