Gelombang kasus baru virus corona di seluruh dunia memaksa para pemimpin untuk mempertimbangkan PSBB baru untuk menanggulangi peningkatan kasus tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab dalam wawancara dengan televisi BBC hari Jumat (30/10) mengatakan, PSBB nasional di negaranya tidak terelakkan untuk mencegah perebakan COVID-19 lebih lanjut. Ia menambahkan pendekatan lokal akan efisien apabila peraturan-peraturan bagi masing-masing daerah dijalankan dengan ketat.
Pernyataan Raab itu menyusul pengumuman para pemimpin Perancis dan Jerman awal pekan ini untuk memberlakukan lagi PSBB.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan PSBB nasional selama satu bulan yang mulai berlaku hari Jumat (30/10). Macron mengatakan restoran, bar, kafe dan bisnis nonesensial lainnya akan ditutup, sementara warga hanya akan diizinkan meninggalkan rumah untuk bekerja, berbelanja atau ke dokter.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan seperangkat langkah serupa dalam PSBB satu bulan yang mulai berlaku Senin mendatang. Selain restoran dan bar, semua gym, bioskop dan gedung opera akan ditutup berdasarkan perintah Merkel itu. Sementara itu mayoritas bisnis, toko dan salon rambut akan diizinkan untuk tetap buka.
Sekolah-sekolah di kedua negara tersebut akan tetap buka selama PSBB berlangsung.
Restriksi itu diumumkan oleh Macron dan Merkel sementara negara mereka berjuang keras menghadapi jumlah kasus baru COVID-19 yang praktis mencapai rekor setiap hari.
Perancis dan Jerman bergabung bersama beberapa negara Eropa lainnya yang terpaksa memberlakukan seperangkat restriksi baru untuk menghadapi gelombang kedua wabah yang kian besar, sementara musim dingin semakin dekat di Belahan Bumi Utara.
Ukraina hari Jumat melaporkan rekor 8.312 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam sebelumnya, naik dari rekor sebelumnya, 7.517, yang tercatat pada 23 Oktober, dengan total kasus menjadi 378.729. Angka kematian juga melonjak dengan rekor 173, sehingga totalnya menjadi 7.041.
Di Jepang, kementerian kesehatan hari Jumat menyatakan kasus virus corona melampaui angka 100 ribu, sembilan bulan setelah kasus pertama dilaporkan pada pertengahan Januari. Jepang mencatat lebih dari 1.700 kematian akibat virus tersebut.
Hingga Jumat pagi, ada lebih dari 45 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia, termasuk lebih dari 1,18 juta kematian. India mencapai tonggak baru dengan 8 juta lebih kasus virus corona, terbanyak kedua setelah AS yang mencatat 8,94 juta kasus terkukuhkan.
Sementara upaya untuk mengembangkan vaksin yang aman dan efektif berlanjut, pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memastikan bahwa setiap orang di negara ini akan dapat diimunisasi dengan cuma-cuma. [uh/ab]