Puluhan aktivis buruh Indonesia yang marah atas kudeta militer di Myanmar, Rabu (10/3), menggelar aksi protes, di luar Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.
Sekitar 50 pengunjuk rasa, yang diorganisir oleh Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia atau KSBSI, meminta para pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas terhadap kudeta militer 1 Februari lalu di Myanmar.
Elly Rosita Silaban, seorang aktivis buruh, mengatakan, ia dan rekan-rekannya menentang pemerintahan militer di Myanmar. Ia juga mengatakan bahwa pemerintahan militer selalu identik dengan ketidakeksisan demokrasi.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah Indonesia proaktif menekan junta militer Myanmar untuk menghormati demokrasi dan HAM serta menghentikan kekerasan dan penangkapan aktivis prodemokrasi di negara tersebut.
Sementara itu, aksi unjuk rasa menentang kudeta bulan lalu juga berlanjut di Myanmar. Sejumlah mahasiswa di Mandalay, Rabu (10/3), menggelar protes namun bubar ketika polisi datang.
Saat mereka mundur, beberapa demonstran menggunakan alat pemadam kebakaran untuk membuat lapisan asap yang mengaburkan mereka dari pandangan polisi.
Selain membangun barikade-barikade untuk memberikan perlindungan, para pengunjuk rasa juga menumpuk banyak batu bata di jalan raya untuk memperlambat serbuan kendaraan polisi.
Para pengunjuk rasa terus berkumpul di kota itu untuk menunjukkan tentangan mereka terhadap perebutan kekuasaan Februari lalu, meskipun polisi dan tentara menggunakan kekuatan mematikan.
Data yang dirilis stasiun penyiaran Suara Demokrasi Birma, yang dirilis Selasa (9/3), menyebutkan korban tewas di Mandalay dan kawasan sekitarnya mencapai 15 orang sejak protes dimulai. [ab/uh]
