Tautan-tautan Akses

Puluhan Pemuda Indonesia Timur Ikuti Program Diplomasi Lingkungan


Para peserta bersama Direktur Yayasan Econusa, Melda Wita Sitompul dan Kepala BP2SDM-KLHK Helmi Basalamah di Jakarta, Selasa 4/9. (Foto: VOA/A. Bhagaskoro)
Para peserta bersama Direktur Yayasan Econusa, Melda Wita Sitompul dan Kepala BP2SDM-KLHK Helmi Basalamah di Jakarta, Selasa 4/9. (Foto: VOA/A. Bhagaskoro)

Puluhan anak muda Indonesia Timur mengikuti program sekolah diplomasi dan advokasi guna pelestarian hutan dan lingkungan hidup di Papua dan wilayah Indonesia lainnya.

Yayasan Econusa yang bergerak di bidang lingkungan hari Selasa (4/9) meluncurkan program sekolah Eco Diplomacy di Arboretum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta. Direktur Yayasan Econusa, Melda Wita Sitompul mengatakan, program ini bertujuan untuk memberikan bekal advokasi dan diplomasi bagi generasi muda dalam pelestarian lingkungan hidup.

Ada 30 anak muda dari berbagai daerah yang telah lolos seleksi yang akan mengikuti program ini pada angkatan pertama. Mereka nantinya akan mengikuti rangkaian program di antaranya tinggal bersama warga Pegunungan Arfak dan belajar diplomasi di Manokwari, Papua.

"Dengan adanya Eco Diplomacy ini kita berharap, anak-anak muda yang banyak pesertanya 70 persen dari Indonesia Timur juga punya pemahaman, punya kepercayaan diri dan punya akses bertemu dengan pengambil kebijakan. Mereka bisa tahu ternyata bahwa hutan mereka, banyak orang yang mau menjaga. Mengapa mereka sendiri yang dekat dengan hutan, tidak mau berkontribusi apa-apa," jelas Melda Wita Sitompul di Arboretum KLHK, Selasa (4/9).

Melda menambahkan sebagian peserta nantinya juga akan dititipkan di KLHK dan sejumlah kedutaan di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap hutan dan lingkungan di Indonesia. Program ini akan berakhir pada Desember 2018 mendatang dan dibuka kembali pada awal tahun 2019.

Peluncuran program Eco Diplomacy ini mendapat dukungan dari KLHK. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) KLHK Helmi Basalamah mengatakan program ini diharapkan dapat memunculkan strategi advokasi dan pemahaman baru dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.

"Jadi kita sangat mendukung program yang diluncurkan pada pagi ini. Dan mudah-mudahan ini bukan angkatan pertama dan terakhir. Kita akan terus mendukung angkatan kedua dan selanjutnya untuk menjadi salah satu bentuk pendidikan lingkungan dan kehutanan bagi generasi kita ke depan," tutur Helmi Basalamah.

Puluhan Pemuda Indonesia Timur Ikuti Program Diplomasi Lingkungan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:01:03 0:00

Helmi menambahkan program ini juga dapat melengkapi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan yang didirikan kementeriannya di sejumlah daerah. Antara lain SMK Kehutanan di Manokwari, Makassar, Samarinda dan Pekanbaru.

Sementara itu, Akademisi Universitas Papua Jimmy Wanma mengatakan hasil dari program Eco Diplomacy dapat menjadi masukan bagi dunia akademis. Sebab menurutnya selama ini masih ada sejumlah wilayah di Papua yang belum dipelajari.

"Hampir seluruh daerah, daratan dan hutan di Papua merupakan target pembangunan. Kemudian dari sisi akademik, daerah-daerah ini belum banyak kami pelajari dari sisi tanaman yang ada di situ. Kami takut sebelum kami bergerak hutan ini sudah terkonversi untuk pembangunan," jelasnya.

Berdasarkan data Global Forest Watch, sejak 2001 hingga 2017, Indonesia kehilangan 24,4 juta hektar tutupan hutan. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2016 mencatat penyempitan kawasan hutan di Indonesia mencapai 2,4 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 43% dari 84 juta hektar hutan Indonesia berkurang.

Lalu apa yang menjadi motivasi para peserta mengikuti program Eco Diplomacy yang diselenggarakan Yayasan Econusa. Berikut penuturan Leni Tabuni dari Jayapura dan Daud Baru.

"Yang memotivasi saya untuk ikut kegiatan Eco Diplomacy karena saya cinta dengan alam saya. Karena alam Papua punya banyak kekayaan. Kedua saya bicara tentang lingkungan di tempat kami tinggal itu, kami sehari-hari matapencahariannya berkebun. Jadi secara tidak sadar kita sudah merusak lingkungan," tutur Leni.

"Selama ini saya lihat hutan di Papua dihancurkan. Sedangkan di wilayah Indonesia lainnya dijaga dengan baik. Saya malu, karena saya pernah praktik di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Saya lihat polisi menangkap orang, kehilangan satu kayu jati saja, mereka lapor ke polisi," tukas Daud. [Ab/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG