Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Sabtu (11/1), di Moskow. Dalam pertemuan tersebut Merkel dan Putih membahas berbagai isu-isu internasional yang mereka sebut mengkhawatirkan, yaitu Iran, Suriah, Libya, Irak, Ukraina and politik gas Rusia-Eropa.
Pertemuan akhir pekan itu terjadi di tengah pekan yang panas di Timur Tengah, dan kedua negara itu membahas berbagai cara untuk mengatasi krisis di kawasan itu.
Dalam konferensi pers usai pertemuan itu, Merkel mengatakan Rusia dan Jerman "sepakat" mengenai pentingnya mempertahankan perjanjian internasional untuk membatasi ambisi nuklir Iran, meskipun Amerika Serikat (AS) telah keluar dari perjanjian nuklir 2015 yang melibatkan enam negara itu.
Perjanjian Iran "sangat penting tidak hanya bagi kawasan itu, tapi seluruh dunia," tambah Putin, yang mengatakan perang yang lebih luas di Timur Tengah akan menjadi "malapetaka."
Mengenai Libya, Putin memuji perjanjian yang disepakati pekan ini dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Para pemimpin Rusia dan Turki sepakat untuk mendorong gencatan sejata yang akan diberlakukan Minggu (12/1) -- meskipun Moskow dan Ankara mendukung pihak-pihak yang berlawanan dalam konflik Libya.
Merkel mendukung inisiatif Rusia-Turki dan mengumumkan Berlin akan bersedia menjadi tuan rumah perundingan perdamaian yang dipimpin PBB yang bertujuan "memungkinkan Libya menjadi negara yang damai dan berdaulat."
Kedua pemimpin itu juga mengumumkan akan melanjutkan pembangunan jalur pipa gas Nord Stream 2 yang tertunda dalam beberapa bulan belakangan. Proyek itu adalah salah satu dari beberapa perjanjian Kremlin yang bertujuan menyalurkan gas Rusia ke Eropa tanpa melalui Ukraina. [vm/ft]