Arab Saudi akan memakamkan Raja Abdullah, hari Jumat (23/1), hanya beberapa jam setelah memastikan lancarnya proses pengalihan kekuasaan dengan menunjuk seorang raja baru dan putera mahkota. Hal ini untuk meredam kekhawatiran adanya ketidakstabilan dinasti pada waktu kawasan Arab berada dalam keguncangan.
Raja Abdullah, sekutu lama AS dalam memerangi terorisme dan ekstremisme Muslim, wafat hari Jumat (23/1), dalam usia 90 tahun dan telah lama menderita sakit. Mendiang Raja Abdullah adalah satu dari beberapa raja yang berkuasa secara mutlak di dunia.
Adik tirinya, Pangeran Salman, menggantikannya. Salman, yang berusia 79 tahun, telah menjadi putra mahkota dan menteri pertahanan sejak tahun 2012. Seorang saudara tiri lainnya, Moqren, diangkat menjadi putera mahkota yang baru.
Raja Abdullah, yang meninggal Jumat dini hari, diistirahatkan dalam sebuah makam tak bertanda setelah upacara sederhana yang dihadiri oleh para pemimpin Arab dan dunia Muslim.
Kerajaan kaya minyak yang diperintah Sunni itu bergerak cepat untuk memastikan kelancaran transisi dengan menunjuk seorang raja baru, Raja Salman, yang mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa ia akan “terus berpegang pada kebijakan yang benar” dari para pendahulunya.
Presiden AS Barack Obama telah menyampaikan ucapan duka-cita dari pribadinya dan rakyat Amerika kepada rakyat dan keluarga kerajaan Saudi. Obama mengatakan, Raja Abdullah selalu berterus-terang dan berani dalam keyakinannya, termasuk memanfaatkan hubungan AS-Saudi sebagai kekuatan untuk keamanan dan kestabilan.
Raja Abdullah dengan resmi dinobatkan menjadi raja tahun 2006. Tetapi, ia sebenarnya sudah berkuasa sejak tahun 1995 ketika pendahulunya, yang juga abang tirinya, Raja Fahd, menderita stroke yang melumpuhkan.
