Raja Arab Saudi Abdullah meninggal dunia Jumat dini hari (23/1) dalam usia 90 tahun, demikian laporan kantor berita Associated Press mengutip stasiun-stasiun televisi Arab Saudi.
Wafatnya Raja Abdullah diumumkan di stasiun televisi pemerintah Arab Saudi hari Jum'at (23/1), yang mengatakan Raja Abdullah tutup usia Jumat dini hari. Menurut kantor berita Arab Saudi “Saudi Press Agency” SAP, penggantinya adalah Pangeran Salman – adik tirinya yang berusia 79 tahun – yang baru-baru ini mengambilalih tanggungjawab Raja Abdullah.
Abdullah yang dilahirkan di Riyadh tahun 1924 adalah salah satu dari 12 putra pendiri Arab Saudi – Raja Abdul Aziz Al Saud. Seperti seluruh putra Abdul Aziz, Abdullah hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Ia terpilih menjadi putra mahkota tahun 1982 setelah abang tirinya – Fahd – naik tahta. Keputusan tersebut ditentang oleh abang Fahd – Pangeran Sultan – yang menginginkan gelar itu untuk dirinya. Tetapi keluarga lebih mendukung Abdullah, untuk mencegah terjadinya perpecahan.
Abdullah menjadi penguasa de-facto di Arab Saudi tahun 1995 setelah Raja Fahd terserang stroke. Berkat kedekatannya dengan Amerika, Abdullah berhasil menekan Washington untuk menarik mundur pasukan yang ditempatkan di negara itu sejak invasi Amerika ke Kuwait tahun 1990. Amerika menarik seluruh pasukannya dari Arab Saudi tahun 1993.
Ketika Raja Fahd meninggal tahun 2005, Abdullah secara resmi naik ke tahta kerajaan itu. Ia kemudian mulai mendesak agenda-agendanya untuk menjadikan Arab Saudi lebih terbuka.
Raja Abdullah dan Arab Saudi yang kaya minyak membantu membentuk kembali Timur Tengah. Prioritas utamanya adalah mengimbangi pengaruh kelompok Syiah di Iran. Raja Abdullah dan anggota-anggota Kerajaan Arab Saudi juga berkeras menentang gelombang pergolakan pro-demokrasi di Timur Tengah, yang dipandangnya sebagai ancaman terhadap stabilitas dan kepemimpinannya. Ia didukung faksi Muslim-Sunni di beberapa negara. Tetapi di Lebanon misalnya, kebijakannya untuk menghentikan Hezbollah yang didukung Iran gagal.
Meski memiliki kedekatan dengan Amerika, Raja Abdullah dilaporkan kerap frustrasi dengan kegagalan Amerika menjembatani konflik Israel-Palestina. Ia juga telah mendorong pemerintahan Obama untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Iran dan lebih mendukung para pemberontak Sunni yang berjuang menggulingkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Abdullah dikenal karena upayanya memodernisasi kerajaan Arab Saudi, termasuk memberi lebih banyak hak politik kepada kaum perempuan dan ikut bergabung bersama Amerika melawan Al-Qaida dan kelompok-kelompok ekstrimis lain.
Raja Abdullah meninggalkan lebih dari 30 anak dari lebih sepuluh istri.