Tautan-tautan Akses

Rakyat Iran Siap Berikan Suara pada Pilpres Putaran Kedua


Saeed Jalili (kiri) dan anggota parlemen Massoud Pezeshkian, siap bertarung dalam pilpres Iran putaran kedua.
Saeed Jalili (kiri) dan anggota parlemen Massoud Pezeshkian, siap bertarung dalam pilpres Iran putaran kedua.

Rakyat Iran direncanakan akan memberikan suara pada Jumat (5/7) dalam putaran kedua pemilu presiden yang berlangsung ketat.

Pemungutan suara pada Jumat akan menjadi perlombaan yang ketat antara anggota parlemen Massoud Pezeshkian, satu-satunya calon moderat dari empat kandidat, melawan mantan anggota Garda Revolusi, Saeed Jalili.

Pemilu ini ditujukan untuk memilih pengganti Presiden Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam sebuah kecelakaan helikopter pada Mei.

Lebih dari 60 persen pemilih tidak memberikan suaranya pada pemilu 28 Juni, sebuah penurunan bersejarah yang oleh para kritikus pemerintah dilihat sebagai mosi tidak percaya terhadap Republik Islam itu.

Seiring keunggulan tipis Pezeshkian, seorang pemilih, Sona Imani yang tidak memberikan suara di putaran pertama, mengatakan bahwa saat ini dia merasa harus membuat perubahan.

“Ya, saya akan berpartisipasi dalam putaran kedua. Alasannya adalah karena kami saat ini lebih dekat pada apa yang kami inginkan, dan kami sebagai pemrotes pemerintah, sebaiknya bersatu. Di putaran pertama kami masih memiliki keberatan dan karena itu kami tidak berpartisipasi,” ujar Sona Imani.

Lembaga ulama membutuhkan jumlah pemilih yang tinggi untuk kredibilitas mereka, khususnya saat negara itu menghadapi ketegangan regional terkait perang antara Israel dan sekutu Iran, Hamas di Gaza, dan meningkatnya tekanan Barat atas program nuklir mereka yang meningkat pesat.

Presiden terpilih nantinya tidak diperkirakan akan mengantarkan kebijakan besar apapun yang mengubah program nuklir Iran atau dukungan bagi kelompok milisi di seluruh Timur Tengah, karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berwenang membuat keputusan pada semua masalah utama negara.

Meski begitu, seorang presiden dapat mempengaruhi nada kebijakan domestik dan luar negeri Iran.

Karena Khamenei telah berusia 85 tahun, presiden mendatang juga akan terlibat dekat dalam memilih pemimpin tertinggi selanjutnya. Dan orang dalam mengatakan bahwa Khamenei lebih menyukai presiden yang setia dan patuh, yang bisa memastikan suksesi berjalan mulus kepada penggantinya. [ns/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG