Ratusan demonstran anti-kudeta berunjuk rasa di Sudan pada Sabtu (20/11). Mereka mengecam penindakan keras yang kata para dokter telah menewaskan 40 orang sejak militer berkuasa bulan lalu. Protes-protes massa rencananya akan digelar pada Minggu (21/11).
Amerika Serikat (AS) dan Uni Afrika mengecam penindakan keras terhadap para demonstran itu. Mereka menyerukan para pemimpin Sudan untuk menahan diri dan tidak menggunakan "kekuatan berlebihan."
Jenderal tinggi Sudan, Abdel-Fattah Burhan, pada 25 Oktober memberlakukan keadaan darurat, menggulingkan pemerintah dan menahan pemimpin sipil.
Burhan bersikeras bahwa langkah militer itu "bukan kudeta" melainkan langkah "untuk memperbaiki transisi" di tengah perselisihan dan perpecahan yang semakin dalam antara sipil dan militer di bawah pemerintahan yang digulingkan.
Perebutan kekuasaan oleh militer itu mengoyak dua tahun transisi menuju kekuasaan sipil, mengundang kecaman dan hukuman internasional, dan memicu protes-protes besar. [vm/ft]