Fenomena alam, Gerhana Bulan Merah atau 'Bulan Darah', tampak di Solo dan sekitarnya Rabu (8/10).
“Lha itu, kelihatan kan di teropong atau teleskop, ada warna merah agak oranye. Itu yang merah oranye bundar di atas pegunungan itu bulan. Kelihatan kan..silakan teleskop dimanfaatkan di dalam kubah maupun yang di luar ini. Posisi bulan ada di sana..lihat arah laser hijau ini..nah itu dia, kelihatan.”
Sekitar 100 santri pondok pesantren modern As Salam Sukoharjo tampak berkumpul di atap sebuah bangunan di dalam kompleks pondok tersebut, tak jauh dari perbatasan Solo-Sukoharjo, Rabu malam (8/10).
Di antara ratusan santri tersebut terpasang 4 buah teropong yang disambungkan ke peralatan antara lain laptop dan kamera. Sorotan sinar laser warna hijau tampak keluar dari teropong tersebut dan mengarah ke posisi bulan yang berada di atas pegunungan Lawu.
Para santri tersebut berteriak takjub ketika dari balik awan terlihat gerhana bulan dan berwarna merah darah atau 'Bulan Darah' ini.
Salah seorang santri, Karaniya, mengaku takjub dengan fenomena 'Bulan Darah' ini.
“Rasanya takjub dengan adanya fenomena alam ini, keajaiban dari Allah SWT yang tak pernah berhenti. Yang menarik dari Gerhana Bulan kali ini, memang berbeda dengan gerhana di waktu sebelumnya, kalau biasanya gerhana bulan total kadang susah diamati, ini malah gerhana bulannya berwarna merah agak ke warna oranye..iya tadi sempat lihat fenomena 'Bulan Darah' ini.” tuturnya.
Pengamatan fenomena Gerhana bulan di ponpes ini mendapat dukungan peralatan dari Klub Astronomi Ponpes As Salam atau CASA. Selain melalui beberapa teropong, para santri juga bisa melihat fenomena gerhana bulan ini melalui layar laptop yang sudah tersedia di lokasi.
Juru bicara ponpes tersebut, AR Sugeng, saat ditemui di lokasi pengamatan tersebut mengatakan fenomena alam 'Bulan Darah' ini jarang bisa dilihat masyarakat secara kasat mata atau tanpa bantuan peralatan.
“Kita mendapat sebuah kesempatan langka, menyaksikan fenomena alam yaitu gerhana bulan total. Gerhana bulan pada saat ini, 8 Oktober 2014, satu-satunya gerhana bulan yang terjadi sebanyak 4 kali tahun ini yang bisa diamati secara bersama di Indonesia..dan ini gerhana terakhir untuk tahun ini yang bisa disaksikan di Indonesia. Kita mengadakan observasi bersama di observatorium CASA di Ponpes AS SALAM ini..dihadiri banyak pengunjung terutama dari para santri, mahasiswa, pelajar, para ustad dan kyai..ini kami dari komunitas atau Klub Astronomi ponpes As Salam atau CASA. Pengamatan kami saat ini, masih terjadi fase dari Gerhana Bulan atau 'Bulan Darah',” papar Sugeng.
Dari pantauan di lokasi tersebut, secara bergantian ratusan santri melihat fenomena alam ini melalui teropong. Ponpes ini juga menggelar shalat gerhana di dalam kompleks Pondok pesantren tersebut.