Lebih dari seribu turis sedang dievakuasi dari pulau-pulau Gili, Senin (6/8), setelah gempa kuat mengguncang Lombok.
Setidaknya 91 orang tewas dan ratusan terluka akibat gempa 6,9 SR kemarin di Lombok, yang hanya terjadi hanya seminggu setelah gempa 6,4 SR melanda pulau itu. Tujuhbelas orang tewas dalam gempa 29 Juli.
Muhammad Faozal, kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, mengatakan ada 1.200 turis, kebanyakan wisatawan asing di pulau-pulau Gili.
“Kami tidak bisa mengevakuasi semuanya sekaligus karena kapasitas kapal tidak cukup. Sangat dimengerti bahwa mereka ingin meninggalkan pulau-pulau Gili, mereka panik,” katanya kepada kantor berita AFP.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Lombok Bertambah Jadi 91
Muhammad mengatakan kapal-kapal tambahan, termasuk dua kapal TNI Angkatan Laut sedang dalam perjalanan.
Kepulauan Gili, yang terdiri dari tiga pulau di arah barat laut pesisir Lombok, adalah salah satu tujuan wisata populer di kalangan turis dan para penggemar olahraga selam.
Namun, menurut seorang pejabat SAR, setidaknya ada satu korban tewas di Kepulauan Gili dan beberapa terluka.
“Satu wisatawan domestik meninggal di Gili Meno, beberapa mengalami cedera. Sebagian besar menderita patah tulang,” kata pejabat SAR, Agus Hendra Sanjaya, kepada AFP.
Kesaksian Turis
Beberapa turis menceritakan kepada Reuters kejadian gempa kuat pada Minggu malam itu.
“Saya sedang di atap hotel tempat saya menginap dan bangunan hotel mulai berayun sangat keras. Rasanya seperti dua meter ke kiri, lalu dua meter ke kanan. Saya tidak bisa berdiri,” kata Gino Poggiali, wisatawan asal Perancis berusia 43 tahun, yang diwawancarai Reuters di bandara Lombok bersama istri dan dua anaknya.
Istrinya, Maude, 44 tahun, mengatakan mereka berada di Bali ketika gempa pertama dan di Lombok pada saat gempa kedua.
“Ini terakhir untuk saya di Indonesia,” kata Maude. “Lain kali kami akan liburan di Perancis atau yang dekat.”
Seorang turis Belanda, Marc Ganbuwalba, terluka di bagian lutut ketika para pengunjung berebut keluar dari kafe setelah gempa.
“Kami mempersingkat liburan kami karena saya tidak bisa jalan dan kami sudah tidak berselera. Kami lebih ingin melihat orang-orang kesayangan kami,” kata turis berusia 26 tahun, sembari duduk dengan kakinya diperban, kepada Reuters.
“Kami bersyukur kepada Tuhan dan juga karyawan hotel yang sangat membantu kami. Beberapa dari mereka mengatakan rumah-rumah mereka juga rusak oleh gempa, tapi mereka masih membantu kami. [ft]