Uni Eropa, Rabu (2/2) mengusulkan untuk memasukkan energi nuklir dan gas alam dalam rencana pembangunan yang ramah iklim di masa mendatang, menimbulkan perbedaan di antara negara anggota dan protes dari para pecinta lingkungan sebagai "pencucian hijau."
Sistem pelabelan hijau Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa itu akan menentukan persyaratan yang dipenuhi sebagai investasi dalam energi berkelanjutan di blok kawasan 27 negara tersebut.
Dalam kondisi tertentu, gas dan energi nuklir dapat menjadi bagian dari investasi campuran, sehingga memudahkan investor swasta untuk menyuntikkan dana dalam keduanya.
Rencana itu diharapkan dapat menyenangkan dua negara anggota berpengaruh Uni Eropa: Prancis bergantung pada energi nuklir, yang menimbulkan kekhawatiran terkait dampak jangka panjangnya terhadap lingkungan, sementara Jerman bergantung pada gas, bahan bakar fosil yang banyak dinilai sebagai jembatan menuju energi terbarukan.
Beberapa anggota Uni Eropa seperti Austria dan Luxemburg telah mengangkat kemungkinan sengketa hukum atas tentangan mereka terkait gagasan hijau tentang nuklir.
Komisi itu mengatakan memasukkan nuklir dan gas sebagai sumber energi transisi namun tidak berarti bebas dan memiliki tujuan mempercepat upaya untuk mengurangi emisi karbon.
“Terkait dengan gas alam, persyaratan ketat mengikutsertakan batasan emisi dan fasilitasnya harus menggantikan pembangkit dengan emisi tinggi, serta kompatibel dengan bahan bakar rendah karbon,” kata Mairead McGuinness, komisaris yang bertanggung jawab atas layanan finansial.
Para kritikus menyebut itu sebagai pukulan besar bagi pencapaian tujuan iklim. [mg/jm]