NEW YORK —
Terobosan dalam DK yang beranggotakan 15 negara itu terjadi Kamis malam sewaktu Amerika dan Rusia mencapai kesepakatan mengenai rincian bagaimana rencana ini akan dilaksanakan.
Dokumen kesepakatan ini kemudian diedarkan ke seluruh anggota dewan.
Pemungutan suara diperkirakan dilakukan Jumat malam. DK kini sedang menunggu keputusan dari dewan eksekutif Organisasi PBB bagi Pelarangan Senjata Kimia/ OPC, badan yang akan mengawasi, memeriksa pemusnahan senjata kimia Suriah. OPCW yang bermarkas di Den Haag diperkirakan melakukan pemungutan suara Jumat malam.
Keputusan OPCW akan dimasukkan sebagai lampiran resolusi Dewan Keamanan yang mengikat secara hukum.
Duta Besar Amerika, Samantha Power setelah pertemuan DK, Kamis malam mengatakan kepada wartawan bahwa resolusi yang diusulkan itu akan mewajibkan pemerintah Suriah memusnahkan senjata kimianya.
“Resolusi ini akan mewajibkan pemusnahan jenis senjata yang secara kejam dan berulang kali digunakan pemerintah Suriah terhadap rakyatnya sendiri. Resolusi ini akan menegaskan akan ada konsekwensi jika tidak dipatuhi,” ungkap Samantha Power.
Konsekuensi itu juga merujuk pada Bab 7 Piagam PBB, yang mencantumkan ketentuan sanksi dan aksi militer. Tapi tindakan itu tidak otomatis diberlakukan kalau Suriah tidak menjalankan komitmennya, DK perlu bertemu dan sepakat untuk resolusi baru disertai teguran.
Sejak awal krisis Suriah lebih dari dua tahun lalu, Rusia telah menghalangi setiap tindakan tegas terhadap Suriah. Tapi Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant mengatakan kerja sama yang baru dalam DK, yang dipicu oleh serangan senjata kimia yang mengerikan 21 Agustus dekat Damaskus yang menewaskan ratusan , seharusnya membuat Presiden Suriah berpikir dua kali.
“Kalau Presiden Assad merasa bahwa ia bisa berlindung di belakang beberapa anggota Dewan Keamanan karena tidak mungkin ada persatuan dalam Dewan Keamanan, ia sekarang perlu berfikir lagi,” kata Mark Grant.
Sementara itu, tim pakar PBB kembali ke Damaskus hari Rabu. Mereka berada di sana untuk menyelidiki tuduhan tujuh serangan gas beracun lain yang dilaporkan.
PBB mengatakan tim yang dipimpin oleh ilmuwan Swedia Ake Sellstrom, berharap bisa menyelesaikan kegiatannya di Suriah hari Senin. Mereka mengumpulkan dokumen, sampel biomedis dan lingkungan dan melakukan wawancara dengan saksi dan korban.
Dalam laporan awal bulan ini, tim penyelidik PBB menyimpulkan ada bukti "luar biasa" bahwa serangan 21 Agustus menggunakan gas beracun. Negara-negara Barat mengatakan data intelijen mereka menunjukkan pasukan pemerintah Suriah pemicu serangan, sebaliknya pemerintah Assad menuduh pejuang bersenjata Suriah melakukan serangan itu.
Dokumen kesepakatan ini kemudian diedarkan ke seluruh anggota dewan.
Pemungutan suara diperkirakan dilakukan Jumat malam. DK kini sedang menunggu keputusan dari dewan eksekutif Organisasi PBB bagi Pelarangan Senjata Kimia/ OPC, badan yang akan mengawasi, memeriksa pemusnahan senjata kimia Suriah. OPCW yang bermarkas di Den Haag diperkirakan melakukan pemungutan suara Jumat malam.
Keputusan OPCW akan dimasukkan sebagai lampiran resolusi Dewan Keamanan yang mengikat secara hukum.
Duta Besar Amerika, Samantha Power setelah pertemuan DK, Kamis malam mengatakan kepada wartawan bahwa resolusi yang diusulkan itu akan mewajibkan pemerintah Suriah memusnahkan senjata kimianya.
“Resolusi ini akan mewajibkan pemusnahan jenis senjata yang secara kejam dan berulang kali digunakan pemerintah Suriah terhadap rakyatnya sendiri. Resolusi ini akan menegaskan akan ada konsekwensi jika tidak dipatuhi,” ungkap Samantha Power.
Konsekuensi itu juga merujuk pada Bab 7 Piagam PBB, yang mencantumkan ketentuan sanksi dan aksi militer. Tapi tindakan itu tidak otomatis diberlakukan kalau Suriah tidak menjalankan komitmennya, DK perlu bertemu dan sepakat untuk resolusi baru disertai teguran.
Sejak awal krisis Suriah lebih dari dua tahun lalu, Rusia telah menghalangi setiap tindakan tegas terhadap Suriah. Tapi Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant mengatakan kerja sama yang baru dalam DK, yang dipicu oleh serangan senjata kimia yang mengerikan 21 Agustus dekat Damaskus yang menewaskan ratusan , seharusnya membuat Presiden Suriah berpikir dua kali.
“Kalau Presiden Assad merasa bahwa ia bisa berlindung di belakang beberapa anggota Dewan Keamanan karena tidak mungkin ada persatuan dalam Dewan Keamanan, ia sekarang perlu berfikir lagi,” kata Mark Grant.
Sementara itu, tim pakar PBB kembali ke Damaskus hari Rabu. Mereka berada di sana untuk menyelidiki tuduhan tujuh serangan gas beracun lain yang dilaporkan.
PBB mengatakan tim yang dipimpin oleh ilmuwan Swedia Ake Sellstrom, berharap bisa menyelesaikan kegiatannya di Suriah hari Senin. Mereka mengumpulkan dokumen, sampel biomedis dan lingkungan dan melakukan wawancara dengan saksi dan korban.
Dalam laporan awal bulan ini, tim penyelidik PBB menyimpulkan ada bukti "luar biasa" bahwa serangan 21 Agustus menggunakan gas beracun. Negara-negara Barat mengatakan data intelijen mereka menunjukkan pasukan pemerintah Suriah pemicu serangan, sebaliknya pemerintah Assad menuduh pejuang bersenjata Suriah melakukan serangan itu.