Sejumlah restoran di kota New York kembali membuka layanan makan di dalam ruangan namun hanya pada tingkat 25 persen dari kapasitas sebelumnya. Mereka menyambut para pelanggan yang sudah tidak sabar untuk bersosialisasi kembali di tengah pandemi yang masih terus berkecamuk. Namun, ini dilakukan dengan protokol keamanan yang ketat, baik di ruang makan maupun di dapur.
Di sebuah restoran bergengsi bernama Il Gattopardo yang menyajikan hidangan Italia-selatan di Upper East Side Manhattan, para pelanggan menikmati anggur merah sambil duduk di meja makan bertaplak putih bersih.
Gianfranco Sorrentino, sang pemilik, mengatakan bahwa langkah pencegahan untuk menjaga kesehatan merupakan hal yang penting guna mempertahankan keberlangsungan restorannya dalam masa paling sulit yang pernah dihadapinya selama 30 tahun berbisnis restoran. Bahkan ia memastikan para pelayannya mengganti masker setiap 15 hingga 20 menit.
“Semua orang harus mencuci tangan mereka setiap 15 hingga 20 menit, kami bahkan mengganti filter AC ruangan dengan filter khusus, sehingga sirkulasi udara berlangsung dengan metode berbeda," kata Gianfranco Sorrentino.
Para pelanggan pun senang, mereka nampak tersenyum saat duduk di meja-meja yang sudah lama kosong sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada bulan Maret di New York, yang pernah menjadi episentrum virus Corona.
Sekitar enam tamu mendatangi restoran yang lokasinya ada di sebuah townhouse yang telah direnovasi dan dilengkapi dengan taman ditengah kota Manhattan.
“Benar-benar menyenangkan untuk berada di tengah orang-orang, untuk bisa menikmati makan bersama teman-teman dan keluarga serta kenalan dan rekan kerja," ujar Reid Rosen, seorang pengacara yang merupakan salah satu dari tamu tersebut.
Menurut Sorrentino, pemilik restoran, usaha untuk menghidupkan kembali kota New York setelah lebih dari enam bulan dikenakan pemberlakuan karantina merupakan tugas semua warga New York. Saat shutdown diperintahkan pada bulan Maret, ia mengira itu hanya akan berlangsung selama dua minggu, namun ia tidak mengira situasi itu berlanjut melebihi kurun enam bulan. “Secara finansial, ini bencana untuk saya,” kata Sorrentino.
Restorannya terpaksa merumahkan ke-155 pegawainya, meskipun tunjangan kesehatan mereka masih bisa dipertahankan. Saat mereka diizinkan buka kembali pada bulan Agustus untuk melayani pesanan makanan yang dibawa pulang, sebagian pegawai sudah bekerja di tempat lain atau pulang ke negara asalnya.
Kini hanya 92 orang dari 155 pegawainya yang kembali bekerja di restoran, dan akibatnya, Sorrentino terpaksa harus membangun kembali usahanya.
Namun restoran masih punya fasilitas makan di udara terbuka dan Cristin Bolsinger, seorang ibu dengan dua anak usia sekolah berharap opsi makan di udara terbuka akan seterusnya disediakan.
“Bagi mereka yang merasa nyaman makan di dalam ruangan, silakan. Bagi saya, kesehatan anak-anak lebih penting daripada makan di dalam restoran," kata Cristin Bolsinger.
Rencana untuk membuka kembali layanan makan di dalam ruangan restoran pada awalnya dijadwalkan untuk bulan Juli, namun ditunda akibat keprihatinan dengan Covid-19. [aa/jm]